BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Gubernur Riau, Edy Natar Nasution, memang tak punya waktu banyak, namun dia menekankan komitmen untuk menjadikan Riau sedikit lebih baik di sisa waktu kepemimpinannya.
Tenaga Ahli Gubernur Riau, Andre Zaky, mengatakan, bidang keagamaan, infrastruktur dan pertanian, menjadi tiga sektor fokus prioritas Gubri menjelang habis masa jabatannya pada 20 Februari 2024 nanti.
“Walau waktunya mepet sekali, fokus prioritas itu sudah jalan kok,” katanya saat berdiskusi dengan Bertuahpos.com, Jumat, 19 Januari 2024 di Pekanbaru.
Menurutnya, Gubernur Riau menganggap bahwa tiga sektor tersebut menjadi pilar utama dalam menentukan arah perekonomian Riau di masa akan datang.
Dari sektor keagamaan, misalnya, Gerakan Sholat Subuh Berjamaah (GSSB) dianggap sebagai terobosan efektif untuk menyampaikan kebijakan pemerintah.
GSSB telah menjadi sarana komunikasi dua arah antara Gubri dengan masyarakat, karena selain menyampaikan kebijakan, Gubri juga bisa langsung menyerap berbagai aspirasi masyarakat dalam waktu bersamaan.
Hal ini diharapkan dapat memudahkan penyebaran informasi terkait zakat, infak, sedekah, dan kebijakan agama lainnya.
Selain itu, Andre menjelaskan, bahwa sosialisasi kebijakan tak hanya pada sisi keagamaan, tapi juga berkaitan dengan berbagai kebijakan yang sudah ditelurkan Pemprov Riau.
“Bahkan, sosialisasi kebijakan terkait ekonomi pun cukup efektif disampaikan lewat gerakan ini,” tuturnya.
Selanjutnya, masalah infrastruktur juga menjadi fokus prioritas Gubri Edy Natar juga.
“Kita bisa lihat bagaimana wacana awal pembangunan jembatan antar pulau di Bengkalis, yang kemudian langsung diimplementasikan dalam bentuk MoU antara Pemprov Riau dengan Pemda setempat, dan tim yang sudah dibentuk juga sudah bergerak untuk melakukan percepatan realisasi,” sambungnya.
Andre menyampaikan bahwa penekanan Gubernur Riau—dengan hadirnya jembatan sepanjang lebih dari 6 kilometer tersebut—tak cuma jadi terobosan baru sebagai jembatan terpanjang di Indonesia.
Proyek ini bukan hanya akan menjadi tulang punggung transportasi, melainkan juga menjadi nafas baru sebagai pendorong kegiatan sosial, ekonomi, dan pariwisata di Riau, khususnya di Kabupaten Bengkalis dan daerah di sekitarnya.
Lalu, dari sektor pertanian, kata Andre, Gubernur menginginkan ada perubahan kebijakan yang mengarah pada kuantitas dan kualitas hasil panen masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan lokal.
Meski, dia menyadari bahwa tujuan kemandirian pangan masih jauh, setidaknya Riau cukup kuat dan meminimalisir ketergantungan daerah dengan provinsi tetangga dalam hal ketersediaan bahan pangan masyarakat.
“Selama ini, masalah pangan selalu menjadi isu seksi, karena memang belum terselesaikan,” sambungnya.
Andre menyampaikan, Gubri menyadari kalau Riau sangat rentan terhadap stabilitas stok dan harga bahan pangan—yang menjadi pemicu utama guncangan inflasi. Namun, memastikan Riau tetap tangguh dari krisis pangan menjadi tanggung jawab pemerintah, sehingga persoalan ini perlu segera diselesaikan.
“Komoditas pangan, seperti beras dan cabai, menjadi perhatian utama. Riau, bukan daerah penghasil, membuat upaya ini lebih strategis untuk mengurangi dampak inflasi di daerah tersebut.
Harapannya, upaya yang dilakukan Gubri Edy Natar ini dapat menjadi pondasi kuat bagi perkembangan Riau, dan menjadi landasan yang dapat dilanjutkan oleh pemimpin Riau selanjutnya, di masa mendatang.***