BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Tingginya harga pupuk saat ini mencekik petani kelapa sawit, khususnya di Riau. Diperkirakan kebun sawit petani terancam terjadi penurunan produksi hingga 40% jika kebun mereka tidak mendapatkan pupuk. Hal ini dikhawatirkan juga turut berimbas pada turunnya berbagai sektor ekonomi masyarakat, tanpa terkecuali sektor otomotif di Riau juga turut kena imbas.
Pemerhati otomotif Exwil Final mengatakan, sektor kelapa sawit dan turunannya berkontribusi hingga 70% terhadap pasar otomotif di Riau. Selebihnya dari kalangan pegawai lain-lainnya.
“Sekarang aja penjualan sudah agak low, ya. Ada beberapa faktor penyebab memang. Tapi untuk sektor sawit dan turunannya saja mampu menyerap 70% pasar otomotif di Riau. Makanya, kalau petani saja khawatir dengan turunnya produksi TBS mereka karena pupuk mahal, sektor otomotif mungkin juga akan terpukul,” katanya kepada Bertuahpos.com, Sabtu, 13 Agustus 2022 di Pekanbaru.
Dia menambahkan, fluktuasi pasar otomotif di Riau memang sudah terjadi sejak awal pandemi Covid-19 melanda. Namun jika ditarik dalam rentang waktu lebih singkat, di awal tahun 2022, penjualan kendaraan bermotor di Riau mengalami kenaikan hampir 50% pascapandemi, seiring dengan longgarkan kebijakan pemerintah. Kondisi ini, bertahan hingga masuk lebaran Idul Fitri 2022 lalu.
Namun, kata Exwil, permintaan kendaraan bermotor, terutama jenis kendaraan roda empat, perlahan turun seiring dengan diberlakukannya kebijakan pemerintah terkait CPO dan turunannya—terutama larangan ekspor, DMO dan DPO yang menyebabkan harga TBS turun drastis. Jika dibandingkan dengan kondisi saat lebaran Idul Adha, permintaan masyarakat terhadap kendaraan roda emapt turun hingga 30%.
“Jadi, secara jelas dapat kita lihat lah. Waktu harga TBS kelapa sawit lagi bagus-bagusnya memang permintaan itu naik sampai 50%, sekarang low, paling sekitar 30%. Belum lagi soal harga kendaraan yang sangat kompetitif, terutama untuk mobil bekas,” sebutnya.
Dia menambahkan, agak sulit memperkirakan pergerakan pasar otomotif di Riau untuk saat ini. Namun yang pasti, sawit dan turunanya sangat memberi pengaruh pada banyak sektor ekonomi di Riau, tidak cuma dari penjualan kendaraan.
Sementara itu, di Riau, Exwil menuturkan kelapa sawit dan turunannya masih menjadi gerbong utama penggerak ekonomi masyarakat. Mengingat 60%-70% lebih ekonomi masyarakat bergantung pada kebun sawit dan turunannya.
“Kita bicara sawit, maka kita juga bicara turunannya. Seperti pengalaman sebelumnya, saat harga TBS turun, sektor jasa dan perdagangan juga kena imbas. Jika harga pupuk naik dan akan berimbas pada jumlah produksi TBS petani sawit yang turun, ya sama saja. Sektor lain juga akan terganggu,” ungkapnya.***