BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Bersama suaminya, Teuku Umar, Cut Nyak Dien memimpin perjuangan rakyat Aceh melawan penjajah Belanda. Namun, pada tahun 1899, Teuku Umar wafat. Cut Nyak Dien melanjutkan perlawanan kepada Belanda seorang diri.
Dikutip dari republika.id, Cut Nyak Dien dan pasukannya bergerilya di pedalaman Meulaboh selama bertahun-tahun. Pasukan Belanda tak mampu menemukan ataupun menangkap Cut Nyak Dien.
Tahun berlalu, dan Cut Nyak Dien terus melanjutkan perang melawan Belanda. Namun, kondisi tubuhnya mulai lemah. Penglihatannya juga mulai rabun.
Melihat kondisi Cut Nyak Dien, salah satu pasukannya yang bernama Pang Laot Ali merasa iba. Pang Laot Ali kemudian memberitahukan lokasi persembunyian Cut Nyak Dien, dengan syarat Belanda merawatnya.
Berkat laporan Pang Laot Ali, Belanda berhasil menangkap Cut Nyak Dien. Dia kemudian dibawa ke Banda Aceh.
Di Banda Aceh, meski menjadi tawanan Belanda, Cut Nyak Dien tetap tak mau tunduk. Dia terus melakukan komunikasi dengan pejuang Aceh yang masih bergerilya, sehingga Belanda kemudian mengasingkannya ke Sumedang, Jawa Barat pada tahun 1906.
Dua tahun di pengasingan, tepatnya pada 6 November 1908, Cut Nyak Dien menghembuskan nafas terakhirnya. Jenazahnya dimakamkan di Sumedang. (bpc4)