BEETUAHPOS.COM, PEKANBARU – Saat itu, Buya Hamka merupakan salah satu pimpinan Muhammadiyah. Sementara, Nahdatul Ulama (NU) dipimpin oleh KH Idham Khalid.
Dalam berdakwah, dua tokoh ini mencontohkan toleransi dalam Islam. Saat bepergian, ketika salat subuh, dua ulama ini tentu berbeda pendapat. Buya Hamka yang Muhammdiyah tentu tidak membaca doa qunut. Sebaliknya KH. Idham Khalid sebagai NU tentu membaca doa qunut.
Dua ulama ini secara bergantian menjadi imam salat subuh. Ketika Buya Hamka yang menjadi imam, dia membaca doa qunut, karena menghormati KH. Idham Khalid.
KH. Idham Khalid juga melakukan hal yang sama. Ketika gilirannya menjadi imam salat subuh, karena menghormati Buya Hamka yang Muhammadiyah, dia tidak membaca doa qunut.
Begitulah bentuk toleransi dan kebersamaan yang dicontohkan 2 ulama besar ini. Mereka saling menghormati satu sama lain, tanpa perlu mencaci atau menyalahkan yang lain. (bpc2)
Sumber: Kata Pengantar Ahmad Syafii Maarif, dalam buku Buya Hamka: Sebuah Novel Biografi, karya Haidar Musyafa, diterbitkan Umania, 2018.