BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Kasus rasisme terhadap Papua mencuat. Salah satunya saat kejadian di Surabaya, dan oknum aparat meneriaki ‘monyet’ kepada mahasiswa Papua.
Dalam sejarahnya, orang Papua selalu saja mendapatkan perlakuan diskriminatif sejak zaman Kolonial Belanda. Untuk melawan perlakuan diskriminatif tersebut, orang Papua mendirikan partai politik yang bernama Sama-Sama Manusia (SSM).
SSM didirikan di Sorong pada 5 November 1960. Sebagai ketua, diangkat Husein Warwey. Wakilnya adalah Luis Romarupen asal Biak, M. Ongge asal Sentani, dan Z. Abaa sebagai sekretaris. SSM mempunyai misi untuk mencapai kesetaraan bagi orang-orang Papua.
Awalnya, gerakan dari SSM cukup jauh dari aktivitas politik. SSM lebih berkonsentrasi pada urusan ekonomi yang menjadi kebutuhan langsung dari masyarakat. Perjuangan SSM tak jauh dari persamaan hak dalam pekerjaan, hak cuti yang memadai, dan kebutuhan hidup yang berkeadilan.
Selain itu, SSM juga memperjuangkan masalah kebutuhan beras dan gula yang sulit didapatkan orang Papua. SSM menuntut pembagian beras dan gula di toko-toko diukur dengan timbangan yang benar, bukan dengan kaleng.
Tahun 1961, SSM mulai terlibat lebih jauh di politik. SSM menjadi salah satu dari delapan partai yang diakui pemerintah kolonial Belanda. Bahkan, SSM kerap menjadi juru bicara partai-partai lain. SSM kemudian berubah nama menjadi Partai Rakyat.
Ketika Indonesia menjadikan Papua sebagai wilayahnya, SSM meredup. Jakarta melarang keras semua bentuk gerakan kemerdekaan Papua, dikutip dari Historia.id. (bpc2)