BERTUAHPOS.COM — Calon Wakil Gubernur Riau Nomor 01, SF Hariyanto, menawarkan solusi dalam upaya mengatasi masalah sampah dan banjir di Kota Pekanbaru.
Solusi ini dia tawarkan saat menjadi pemateri dalam Forum Diskusi Tata Kelola Sampah dan Banjir di Pekanbaru pada Minggu, 6 Oktober 2024 malam, di Hotel Prime Park Pekanbaru.
Selain SF Hariyanto, Slamat Subono, seorang praktisi dan konsultan lingkungan, juga menjadi pemateri. Acara ini diikuti oleh Forum RT/RW dari Kecamatan Tenayan Raya dan Kulim.
Slamat Subono mengungkapkan bahwa masalah sampah di Pekanbaru terus berlanjut karena kota dengan populasi yang besar setiap hari akan menghasilkan banyak sampah.
Dia menjelaskan bahwa jumlah sampah yang dihasilkan meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk. Saat ini, Pekanbaru memiliki 15 kecamatan dan 83 kelurahan dengan populasi lebih dari 1,1 juta jiwa. Setiap hari, Pekanbaru menghasilkan hampir 1.000 ton sampah.
“Untuk Tenayan Raya, produksi sampah sudah mencapai lebih dari 100 ton per hari, sedangkan Kulim mencapai 49,9 ton. Namun, penanganan sampah di Pekanbaru baru mencapai 72,4 persen, sementara target nasional adalah 80 persen,” ujar Slamat.
Terkait hal ini, SF Hariyanto menawarkan beberapa solusi untuk mengelola sampah di Pekanbaru. Menurutnya, sampah seharusnya tidak dilihat sebagai masalah, melainkan sebagai sumber pendapatan daerah.
“Sampah ini bisa menjadi sumber retribusi yang besar jika dikelola dengan baik. Kami mendapat arahan dari KPK bahwa pengelolaan sampah di Pekanbaru seharusnya tidak lagi menggunakan dana APBD. Di beberapa daerah di Jawa, pengelolaan sampah sudah bekerja sama dengan PT PLN dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), karena sampah bisa dijadikan bahan baku untuk pembangkit listrik,” jelas Hariyanto.
Dia menekankan bahwa pengelolaan sampah bisa dilakukan oleh investor, mulai dari pengangkutan hingga pemanfaatan sebagai bahan baku listrik. Dengan demikian, Pekanbaru bisa mendapatkan hasil dari retribusi sampah tanpa harus tergantung pada anggaran daerah.
Lebih lanjut, ia menyoroti bahwa jika sampah tidak dikelola dengan baik, hal ini akan memperparah masalah banjir di Pekanbaru. Banyak drainase tersumbat sampah karena drainase yang dibangun terlalu kecil dan sering tertutup bangunan ruko.
“Pembangunan ruko yang tidak melibatkan RT/RW sering menyebabkan drainase yang tidak memadai. Parit di depan ruko terkadang hanya selebar 30 cm dan tertutup sepenuhnya, sehingga sulit dibersihkan. Jika RT/RW dilibatkan dalam pengawasan pembangunan, masalah seperti ini bisa dihindari,” kata Hariyanto.
Hariyanto berharap bahwa dengan melibatkan masyarakat dan RT/RW dalam pengelolaan sampah dan pembangunan, Pekanbaru bisa mengatasi masalah sampah dan banjir secara lebih efektif.***