BERTUAHPOS.COM — Managing Director Energy Shift Institute, Putra Adhiguna, menyatakan bahwa peningkatan penggunaan bioavtur pada pesawat akan berdampak pada biaya industri penerbangan.
Saat ini, harga bioavtur mencapai 2-4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan avtur konvensional.
Bioavtur masih kurang dari 1% dari total konsumsi avtur dunia, dengan banyak negara menargetkan peningkatan penggunaan bioavtur secara bertahap.
Ketua Forum Transportasi Penerbangan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Aris Wibowo, menyarankan agar pemerintah mempertimbangkan kontribusi untuk mengurangi beban penggunaan bioavtur pada penumpang.
Menurutnya, pemerintah kemungkinan sudah menyiapkan langkah antisipasi untuk menghindari kenaikan harga tiket yang dibebankan kepada penumpang.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa tiket pesawat dari Singapura ke Indonesia kemungkinan akan lebih mahal mulai 1 Januari 2026, karena Singapura mewajibkan penggunaan bioavtur sebesar 1%.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukkan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menjelaskan bahwa biaya bioavtur akan dibebankan pada harga tiket pesawat komersial.
Presiden Joko Widodo mengusulkan hilirisasi kelapa menjadi bioenergi dan bioavtur sebagai bagian dari upaya mengembangkan ekonomi hijau di Indonesia.
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menargetkan dasar hukum pengembangan industri Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia akan diluncurkan pada September 2024.
Pengembangan avtur ramah lingkungan juga sudah dilakukan oleh negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura, dengan menggunakan minyak jelantah sebagai bahan bakar industri penerbangan.***