BERTUAHPOS.COM,PEKANBARU – Kearifan pemimpin Melayu itu berpunca pada ungkapan “Raja adil Raja disembah, Raja Zalim Raja Disanggah.â€
Ungkapan ini secara eksplisit menunjukkan bahwa ketaatan rakyat kepada pemimpinnya karena adil-nya. Adil ini meliputi prilaku yang jujur, taat, setia, berbudi luhur, lemah lembut, arif dan bijak, cerdik yang terpuji dan sebagainya.
Karena perilaku inilah maka pemimpin itu di taati, dihormati, dihargai, disanjung dan dipuji oleh rakyatnya. Intinya perilaku yang sarat dengan rasa tanggungawab, pemimpin yang berbudi mulia, terpuji dan bijaksana.
Orang-orang tua melayu mengatakan:
Apabila pemimpin arif dan bijak, rakyat sentosa maruah pun tegak
Apabila pemimpin berbudi mulia, rakyat taat negeri Berjaya
Apabila pemimpin berbudi luhur, rakyat sejahtera negeri pun makmur
Apabila pemimpin berlapang dada, negeri aman rakyatnya senang
Dengan pemahaman seperti inilah ia akan menjadi pemimpin handal yang penuh kearifan. Tidak hanya mementingkan kepentingan kelompok dan golongan semata.
Kepemimpinan itu penuh dengan nuansa yang demokratis. Asas musyawarah dan mufakat adalah adalah landasan resam adat dan budaya melayu.
Di dalam musyawarah dan mufakat itu dikokohkanberagam nilai yang kait mait, dengan kebersamaan dan tenggang menenggang, berkelindan dengan nilai persebatian, senasib sepenanggungan, seaib semalu, serta menumbuhkan rasa tanggungjawab bersama.
Waktu telah banyak berubah. Tapi kearifan senantiasa akan bertuah dan semakin bermakna. Kalau para pemimpin konsisten untuk berjalan sendirian, tidak mau berteman dengan siapapun yang tak sekepentingan dengannya.
Semuanya aktivitas kepemimpinannya hanya akan menjadi rutinitas yang menjebak. Rutinitas berarti statis, statis berarti menuju kematian.
Era digital adalah era dinamis. Semua manusia kembali terpola pada komunitas. Rentak kerjanya adalah kolaborasi. Menyatukan beragam potensi menjadi optimal. Inilah yang dinamakan dengan kinerja.
Sistem pemilu di Indonesia yang menetapkan anggota legislative yang tepilih karena suara terbanyak, terbukti menyebabkan rivalitas dan komplikasi di lapangan, baik dengan sesama aleg dalam satu partai maupun dengan eksternal partainya.
Kebersamaan seperti tercabik-cabik menjadi serpihan-serpihhan kecil. Miris.
Pertikaian dan perpecahan ibarat seseorang menyimpan sampah di bawah karpet rumahnya dan tidak segera dibersihkan. Maka lambat laun rumah kita akan menjadi busuk.
Oeh karena itu setiap masalah di ruang dewan ini harus di selesaikan dengan saling berkonsultasi. Pertikaian dan perpecahan dalam diam ini kalau ada pembiaran akan berdampak negatif dan menghilangkan kekuatan dalam perjuangan serta kedaulatan dalam jati diri. Kita bercekcok daulat negeri dirampas orang.
Apabila daulat di rampas orang
Negeri di jajah maruahpun hilang
Hidup di bawah telapak kaki orang
Rakyat sengsara di rundung malang
Pagi mengeluh petang mengerang
Balabencana datang bersulang
Kekayaan habis tinggal tulang
Turun temurun hidup terbuang
Maka marilah kita lebih arif dalam bersiasah di ranah Melayu ini. (bpc3)