بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Washshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.
Pada saat seseorang melihat sejumlah uang tertentu, ada yang mengatakan banyak dan sedikit. Melihat perempuan/laki-laki tertentu ada yang mengatakan pesek, jelek dan cakep. Mengapa orang cenderung marah bila dikatakan hidungnya pesek dan jelek? Mengapa pula orang mengatakan pesek dan jelek?
Ketika melihat suatu obyek baik benda ataupun peristiwa, otak akan merekam dan menganalisis dengan cara membandingkan berdasarkan kriteria dan ukuran yang telah terbangun sebelumnya di dalam memori, sehingga keluar penilaian jelek, cakep ataupun ganteng yang keluar dan diwakili oleh mulut.
Penilaian segala sesuatu atas suatu obyek itu sangat tergantung pada persepsi yang terbangun sesuai indikator yang ada pada setiap orang. Ketika kita membangun indikator persepsi yang tinggi maka dalam melihat sesuatu juga dengan ukuran tinggi. Dalam melihat tumpukan uang sepuluh juta rupiah, tiap orang akan berbeda-beda dalam menilainya. Ada yang mengatakan sedikit dan ada yang mengatakan banyak. Demikian halnya dalam melihat obyek-obyek lainnya.
Rusaknya kehidupan itu dimulai dari kerusakan kehidupan pribadi yang memiliki standar tinggi sehingga tidak mensyukuri anugerah Tuhan tentang realitas yang dihadapi, sehingga selalu merasa kurang, sedikit, jelek dan tidak sempurna. Celakanya, ketika nafsu terus bergelora maka cara-cara tidak logis sering dilakukan hanya demi mengejar kesempurnaan. Punya mobil satu ingin sempurna menjadi dua, punya istri/suami pesek ingin coba yang mancung, punya rumah satu ingin menjadi dua dan seterusnya. Padahal sesungguhnya manusia itu tidak akan pernah dapat memenuhi semua hasratnya.
BACA JUGA: Inilah Ahli Surga dan Ahli Neraka Tanpa Hisab
Kesadaraan yang perlu dilakukan adalah reorientasi cara pandang kita bahwa dalam melihat sesuatu jangan memakai ukuran-ukuran lahiriah semata. Karena Tuhan menciptakan sesuatu, termasuk manusia, itu purna (sempurna) dengan keadaannya. Hakekat kesempurnaan segala sesuatu bukanlah semata-mata yang nampak secara lahiriyah.
Kadang ditemui orang yang sudah baligh takut menikah karena yang menjadi ukuran fakta obyektif bahwa dia belum punya kerjaan, gajinya kecil atau belum mempunyai pekerjaan tetap. Kebanyakan lupa bahwa yang terpenting dalam pernikahan itu fakta subyektif. Harus disadari, selama takut dan tidak memberanikan diri untuk menikah, maka belum tentu sampai tua ia akan menjadi cukup.
Padahal Tuhan itu Maha Pengasih, Pemurah dan Penyayang. Ketika kita melakukan sesuatu didasarkan pada niat ibadah maka Tuhan tidak akan membiarkan hamba-Nya dalam kesulitan. Tuhan pasti akan memberikan pertolongan dan jalan keluar sesuai janji-Nya. Syaratnya, tanamkan pada hati keyakinan akan hal itu dan lakukan dengan penuh keikhlasan karena Allah bukan karena hal lain.
… وَمَنْ يَتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا ۞ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا ۞
“… Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalãq: 2-3)
Wallãhu A’lamu bish-Shawãb
Marilah kita tutup artikel ini dengan doa. Sebuah doa agar kita selalu nrimo akan ketentuan dan taqdir Allah SWT. Dari sifat nrimo itu, maka akan muncul perubahan-perubahan taqdir atas kehendak Allah SWT.
اللّٰهُمَّ رَضِّنِيْ بِقَضَآئِكَ وَصَبِّرْنِيْ عَلَى بَلَآئِكَ وَاَوْزِعْنِيْ شُكْرَ نِعَمَآئِكَ
Allãhumma radhdhinî biqadhã’ika wa shabbirnî ‘alã balãika wa awzi’nî syukra ni’amãika
“Ya Allah, jadikan aku ridha dalam menerima qadla (ketentuan)-Mu, dan jadikan aku sabar dalam menerima bala dari-Mu, dan tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-nikmat-Mu.”
Âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn…
__________________________________
Oleh: Dr. Supardi, SH., MH.,
Kepala Kejaksaan Tinggi Riau
Als. Rd Mahmud Sirnadirasa
Source: Dihimpun dari berbagai sumber