BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Di batas-batas kota Pekanbaru (RIAU), hingga ke Minas-Duri, masih terlihat beberapa rumah ibadah illegal. Jelas ini bukan untuk rumah tinggal.
“Baru-baru ini memanas di daerah Rumbai pekanbaru riau. Mulanya, di rumah itu melakukan aktivitas keagamaan. Setiap hari ada ritual. Tetangga pun tertanggu,” kata Ustad Marabona kepada Bertuahpos.com, Minggu, 30 Agustus 2020.
“Lagipula ini kan bukan domain kita, itu sudah domain aparat pemerintah dan hukum. Kelompok masyarakat sekitar kan tidak menerima, tapi ada pihak berkepentingan mem-backup-nya. Sampai sekarang masih kemelut. Kalau yayasan hanya bersifat mediasi. Karena dalam beragama tidak ada paksaan,” ulas Marabona.
Kerisauan dai berdarah Tapanuli Selatan ini tersebab pendirian rumah ibadah berbentur dengan kearifan lokal (masyarakat muslim). Jadi proses izin pendirian rumah ibadah agama tertentu, berapa jumlah jemaahnya, semua harus diperhatikan.
Sementara di sisi lain muslim harus jaga hubungan kemanusiaan sebagai anak bangsa. “Yang jelas jika ada hubungan dengan hak muslim, akan kita bela”, kata ustad perinstis Yayasan Pembinaan Mualaf.
Urgensi Yayasan
Yayasan Pembina Mualaf berfungsi sesuai namanya. Sangat mudah dicerna alasan yayasan ini berdiri. Walau dalam perjalanannya, masih ada banyak orang yang belum bisa memahami secara utuh.
“Alhamdulillah kita mendirikan satu yayasan penting, yang selama ini kurang dipahami banyak dai di Riau. Yayasan ini sudah berbadan hukum tahun 2019 dan terdaftar di Kementrian Kumham. Memang sebelummnya ada yayasan pembinaan mualaf Arrisalah. Dan ada kaitannya dengan Arrisalah Pelalawan (2004).”
“Kalau di Masjid Agung An-Nur, juga ada Mualaf Center. Dan di beberapa masjid di Pekanbaru ada beberapa kegiatan pen-syahadat-an, namun saat kita telusuri itu tidak banyak membina, hanya ritual penyahadatan. Ini problem kita,” ungkap ustad pakar kajian riba ini.
Untuk kegiatan pensyahadan Marabona mengaku telah 40-an santri yang telah dimualafkan. Sementara yayasan secara umum sudah 400 orang yang sudah di-syahadat-kan. Mulai dari non muslim, ada juga beragama Budha.
“Yang atheis belum ketemu, yang tidak peduli agamanya ada itulah yang kita bina. Makanya kita buat yayasan untuk tingkat provinsi. Di jalan Srikandi pembinaan mualaf akhwat, sekaligus sebagai rumah singgah. Semua fasilitas diberikan hingga untuk orang tua yang menginap. Yang ikhawan kita pusatkan di sekitar Hotel Labersa, sebuah ruko dan di Masjid Al Hijrah,” tambah Marabona. (bpc5)