BERTUAHPOS.COM — Meski banyak agenda yang bersifat mengumpulka banyak orang terkontrol di tengah pandemi, dunia maya justru sebaliknya. Corona telah membuat ‘semua orang’ mengalihkan aktivitas mereka ke dunia internet. Momen inilah dimanfaatkan ‘kelompok teroris’ untuk merekrut anggota baru.
Sasaran mereka ‘anak muda yang mudah termakan hasutan’. Jaringan kelompok ini kini tengah mempersiapkan diri, memanfaatkan ‘lengahnya’ perhatian publik terhadap mereka karena semua orang lagi terfokus pada corona.
Data yang diungkap oleh Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) dalam Januari-Juni 2020, ada 84 tersangka yang diduga terkait dengan jaringan teror dan aksi mereka berhasil digagalkan. Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar sebut langkah berkoordinasi dengan aparat penegak hukum terus dilakukan, untuk menangkal dan tanggulangi isu-isu terorisme di Indonesia.
“Pengawasan dan penyelidikan 84 tersangka itu tak lepas dari kebijkaan yang telah dikeluarkan pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2018 tentang Terorisme, yang memberikan kewenangan aparat penegak hukum untuk melakukan pencegahan,” kata Analis intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta, mengutip DW Indonesia.
Kelompok Teroris Sasar Kaula Muda
Komjen Boy Rafli Amar dalam beberapa kali kesempatan menyatakan bahwa metode perekrutan anggota oleh kelompok teror seringkali dilakukan melalui dunia maya. Orang-orang penganut radikalisme akan sangat sulit jika diidentifikasi secara tampilan fisik atau cara mereka berpakaian. Mereka sangat cepat mengubah metode perekrutan dengan mengikuti perkembangan zaman dan teknologi.
Salah satu caranya dengan menyebarluaskan konten melalui dunia maya. Lalu kelompok ini akan mengamati siapa yang ‘menangiap’ isu-isu tersebut. Kelompok teroris ini juga bisa mengamati perilaku targetnya melalui website, seberapa respon si terget terhadap konten yang mereka lontarkan, lalu menjalin kontak.
“Saya (mewawancarai) beberapa remaja yang terlibat dalam kasus terorisme. Mereka berbicara bahwa mereka membaca (majalah) ini. Sebenarnya mereka (kelompok teror) menebar konten itu secara acak, dan jumlahnya sangat banyak sekali.”
“Tapi usia yang terkait hal-hal seperti itu yang mungkin membutuhkan eksistensi (usia remaja), heroisme, itu kan usia muda, orang yang dalam proses tengah mencari jati diri,” tuturnya. (bpc2)