BERTUAHPO.COM, Jakarta – RIlis data ekonomi makro Indonesia pada pekan lalu telah memberikan sentimen positif untuk pergerakan rupiah dalam dua hari terakhir. Selain itu, aksi jual pelaku pasar terhadap dolar karena khawatir terhadap pergerakan rupiah juga menambah sentimen.
Ekonom PT Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih menuturkan, perbaikan data ekonomi dalam negeri membantu penguatan rupiah. Kemarin berdasarkan data Bloomberg, kurs rupiah menguat 1,3% ke level 11.678 per dolar AS. Rupiah mencetak level tertinggi sejak 20 November.
Membaiknya ekonomi Indonesia terlihat dari neraca pembayaran Indonesia dan neraca transaksi berjalan pada kuartal IV 2013 yang membukukan kinerja positif melebihi harapan pelaku pasar.
Bank Indonesia (BI) mencatat neraca pembayaran Indonesia surplus sebesar US$ 4,4 miliar pada tiga bulan terakhir 2013. Lalu defisit transaksi berjalan Indonesia menurun tajam menjadi US$ 4 miliar atau 1,98% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara itu, dolar Amerika Serikat (AS) cenderung melemah setelah pidato pimpinan bank sentral AS, Janet Yellen.
“Kombinasi global dan domestik membantu penguatan rupiah,” ujar Lana, saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (17/2/2014).
Data ekonomi Indonesia positif itu juga membuat kepercayaan diri investor asing untuk kembali masuk ke pasar modal. Lana menambahkan, nilai tukar rupiah bergerak di bawah 12 ribu terhadap dolar AS membuat pemegang dolar AS galau. Hal itu membuat pelaku pasar yang memegang dolar cenderung menjual dolarnya.
“Selain rupiah menguat karena faktor fundamental ekonomi. Rupiah menguat juga dipicu dari mereka yang punya dolar gamang sehingga jual dolar. Akhirnya rupiah cepat berada di kisaran 11.700,” kata Lana.
Lana menuturkan, penjualan dolar tersebut dapat dilakukan oleh para eksportir dan individu. Ia tidak dapat memastikan seberapa besar dampak penjualan dolar AS oleh individu.
Analis PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra menambahkan, mata uang dolar AS cenderung melemah terhadap mata uang dunia lainnya dalam dua pekan terakhir juga berpengaruh terhadap rupiah. Apalagi setelah rilis data ekonomi AS memburuk, tak sesuai harapan pelaku pasar.
Saat ditanya penguatan rupiah juga didorong oleh aksi jual sejumlah individu untuk menarik keuntungan dari dolar, Ariston mengatakan, penjualan dolar oleh individu tidak terlalu mempengaruhi pergerakan rupiah. “Penguatan rupiah lebih kepada neraca pembayaran dan transaksi berjalan Indonesia membaik dan dolar melemah,” kata Ariston.
Sementara itu, Ekonom Hendri Saparini mengatakan, penguatan rupiah hanya jangka pendek saja. Hal itu mengingat fundamental ekonomi Indonesia dinilai masih rapuh.
“Penguatan rupiah ini hanya jangka pendek karena fundamental ekonomi tidak ada hal yang cukup banyak untuk memperkuat rupiah. Inflasi Februari saja diperkirakan tinggi, dan suku bunga acuan akan naik karena ada potensi inflasi tinggi,” ujar Hendri.(Lip/smr)