BERTUAHPOS.COM, JAKARTA. Tekanan masih mengadang industri perbankan di kawasan ASEAN pada tahun 2015. Masalah utama yang dihadapi masih sama seperti tahun lalu, yakni pengetatan likuiditas yang menyebabkan perlambatan penyaluran kredit. Meski begitu, Morgan Stanley melihat prospek perbankan Indonesia masih menjanjikan pertumbuhan yang menarik.
Riset Morgan Stanley terkait prospek perbankan ASEAN tahun 2015, yang diterima KONTAN akhir pekan lalu (9/1), menempatkan prospek bisnis perbankan Indonesia pada urutan kedua terbaik di kawasan ASEAN, setelah perbankan Filipina. Posisi Indonesia di atas Singapura, Thailand dan Malaysia.
Ada sejumlah indikator yang menempatkan bisnis bank di Indonesia lebih baik ketimbang beberapa negara jiran. Yaitu faktor kondisi makro ekonomi, geopolitik, hingga pertumbuhan laba bersih per saham atau earning per share (EPS) bank. Morgan Stanley memperkirakan pertumbuhan penyaluran kredit perbankan di Indonesia rata-rata berkisar 15,4% tahun ini. Angka tersebut lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan kredit tahun 2014 yang sebesar 14,1%.
Motor penggerak kucuran kredit adalah bank-bank BUMN. Morgan Stanley memperkirakan, pertumbuhan kredit tertinggi tahun ini dicatatkan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang berpeluang naik 17%. Disusul oleh Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), dan Bank Negara Indonesia (BNI) dengan pertumbuhan sebesar 16%.
Seiring dengan laju pertumbuhan kredit, bank investasi global tersebut menaksir laba bersih bank di Indonesia tahun 2015 bakal naik 13,1% dari proyeksi tahun 2014 yang sebesar 8,6%. Taksiran tersebut memang masih lebih rendah dibandingkan dengan masa keemasan bisnis bank pada tahun 2012–2013. Kala itu, rata-rata laba bank naik 17,1% hingga 21%.
NIM tinggi
Rohan Hafas, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, mengapresiasi positif hasil riset Morgan Stanley itu karena didukung indikator yang jelas. Antara lain, margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) perbankan di Indonesia yang rata-rata mencapai 5%–6%. “Ini termasuk yang tertinggi di dunia,” katanya kepada KONTAN, kemarin (11/1).
Ia mengakui potensi utama perbankan Indonesia adalah margin yang besar lantaran selisih bunga kredit dengan bunga simpanan masih cukup tinggi. Padahal, biaya dana atau cost of fund, terutama deposito, sudah tinggi. Namun, bisa ditutup oleh rata-rata bunga kredit yang tinggi.
“Bunga kredit kita cukup tinggi karena ada risiko yang harus ditanggung,” ujar Rohan. Proyeksi pertumbuhan perbankan versi Morgan Stanley ini hampir serupa dengan prediksi Eka Savitri, analis Danareksa Sekuritas.
Dalam risetnya akhir 2014, Eka memprediksi pertumbuhan kredit dan DPK tahun 2015 masing-masing sebesar 15,1% dan 14,7%. Sementara rasio kredit bermasalah akan terjaga di level 2,5%–2,7%. Di sisi lain, penurunan porsi setoran dividen bank BUMN akan mampu memperkuat permodalan.(kONTAN)