BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Pemerintah sedang gencar memerangi kebakaran hutan dan lahan. Semua bentuk pembakaran di lahan dilarang.
Akibatnya, petani yang mempunyai tradisi merun sebelum bertanam juga mendapatkan efeknya. Merun, adalah salah satu metode membersihkan lahan dengan cara menumpukkan sisa dedaunan dan ranting kering kemudian dibakar. Lahan dengan merun dipercaya petani sangat subur.
Petani yang ada di Kampung Lalang, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, juga terkena imbasnya. Petani mengaku banyak tentara datang ke kampung, untuk melihat apakah ada kebakaran. Petani jadi takut memerun.
Kemudian, datang bantuan NGO ICCTF (Indonesia Climate Change Trust Fund) melalui konsorsium Yayasan Mitra Insani (JMGR dan Fitra Riau). Petani dilatih untuk melakukan penanaman, tanpa melakukan merun.
Salah satu caranya adalah dengan program Pertanian Lahan Tanpa Bakar (PLTB). Petani Kampung Lalang dilatih membuat pupuk cair alami F1 M-Bio.
Baca :Â Usaha Berkebun Tanpa Merun (I): Kampung Penyengat
“Memerun atau membakar lahan ini gunanya adalah untuk mengurangi asam dari lahan gambut ini. Nah, karena tak boleh lagi memerun, kami diajarkan membuat pupuk cair alami untuk mengurangi asam lahan gambut. Namanya pupuk F1 M-Bio,” kata Ketua Kelompok Tani Harapan Baru, Doni kepada bertuahpos.com, Jumat 23 Agustus 2019.
Pupuk F1 M-Bio sendiri berbahan dasar sisa atau sampah nenas, tomat busuk, kemudian dicampur tepung tapioka, terasi, dan gula pasir. Kemudian, bahan-bahan tersebut dimasak selama 30 menit. Setelah didiamkan 18 jam, sebagai bakteri, dicampur kotoran ayam.
“Kemudian, esok harinya baru bisa digunakan. Modal satu liter kental pupuk F1 M-Bio ini Rp40 ribu. Satu liter bisa dicampur dengan 60 liter air, dan bisa digunakan untuk satu hektare lahan,” tambah Doni.
Menurut Doni, hasil tanaman dengan merun lebih bagus daripada tanpa merun. Tanaman dengan pupuk F1 M-Bio menurut Doni kurang hijau, dibandingkan dengan lahan dengan merun.
“Hasilnya tak sebagus dengan merun. Tapi, untuk ikut aturan, kita tetap menggunakan pupuk F1 M-Bio ini, dan tak lagi merun. Sekarang, sistem berkebun tanpa merun ini diikuti oleh anggota kelompok tani kita,” jelas Doni.
Hal yang sama juga diungkapkan salah satu petani Kampung Lalang, Tri. Menurut Tri, memang sudah ada panen dengan sistem PLTB ini, seperti jagung, kacang tanah, dan terong. Tri mengatakan tanaman di lahan merun memang lebih baik daripada lahan tanpa bakar.Â
“Tapi kami jadi bergantung ke pupuk. Dulu kalau dibakar, tanahnya sudah subur, pupuknya sedikit saja. Tapi kalau tak dibakar, perlu pupuk F1 M-Bio, kompos, dolomit, banyak lagi. Hasilnya lebih memuaskan yang dibakar,” kata Tri.
Meski demikian, Tri mengatakan sudah bagus saat ini dengan pertanian tanpa bakar ini. Namun, dia mengharapkan ada pelatihan lanjutan bagi petani untuk tak lagi bergantung ke pupuk, khususnya pupuk kimia. (bpc2)