BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Merun, adalah salah satu metode membersihkan lahan dengan cara menumpukkan sisa dedaunan dan ranting kering kemudian dibakar. Membersihkan lahan dengan metode ini lebih aman untuk mengontrol agar api tidak menjalar ke area lain.
Tradisi merun sebelum menanam sudah dilakukan petani di Kampung Penyengat, Kecamatan Sungai Apit, selama ini. Namun, karena maraknya kebakaran hutan dan lahan, pemerintah kemudian melarang pembakaran di kebun masyarakat.
“Dilarang oleh pemerintah untuk membakar. Maka, tak ada lagi kami merun,” ujar salah satu petani di Kampung Penyengat, Sumarno kepada bertuahpos.com, Jumat 23 Agustus 2019.
Kemudian, datang bantuan NGO ICCTF (Indonesia Climate Change Trust Fund) melalui konsorsium Yayasan Mitra Insani (JMGR dan Fitra Riau). Salah satunya adalah pelatihan menanam Seraiwangi secara alami, tanpa membakar dan tanpa menggunakan pupuk kimia.
Kelompok Tani Bina Harapan Kampung Penyengat kemudian menyediakan satu hektare lahan sebagai percontohan. Kemudian, dilakukan penanaman Seraiwangi, tanpa merun dan tanpa pupuk kimia.
“Tapi, karena musim kemarau, tanahnya kering, tanamannya jadi layu. Bisa dikatakan gagal, walau bibitnya masih bisa ditanam di rumah,” jelas Ketua Kelompok Tani Bina Harapan, Apo.
Meski tanamannya gagal, namun Apo mengatakan tak ada lagi aksi pembakaran lahan untuk berkebun (merun) di Kampung Penyengat.Â
“Kedepannnya kita coba tanaman lain. Ini masih ada bibit, ditanam di rumah bekas abu subur,” pungkas Apo. (bpc2)