BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Riau, Almasdi Syahza mengungkapkan trik agar produk pertanian Riau lebih dikenal. Apa itu?
“Kuncinya ada di ‘branding’. Merek. Para petani di Provinsi Riau harus dapat belajar bagaimana cara mengemas produk dengan branding atau merek yang menjual. Kalau tidak, maka produk pertanian di Riau tidak akan mendapatkan tempat dan akan di “klaim” oleh daerah lain,” kata Almasdi Syahza di Pekanbaru beberapa waktu lalu.
Almasdi lalu mencontohkan petani di Bungaraya, Siak. Seandainya diberikan merek, maka nilai tawar Siak akan sangat tinggi di pasaran. Namun, saat ini, merek atau branding itulah yang belum bisa diwujudkan.
“Datang toke dari Sumatera Utara, bawa karung kosong, dah tuh. Dapatlah nama beras Sumatera Utara. Ndak tersebut beras Siak di situ,” tambahnya.
Sementara itu, anggota DPRD Riau, Sugianto juga mengakui ada semacam manajemen dari para tengkulak untuk membeli gabah hasil petani Riau, diberikan merek dan kembali dijual di Riau dengan harga yang sangat tinggi.
“Itulah manajemen dagang yang dilakukan tengkulak, yang harus diantisipasi oleh Bulog. Jadi, apapun alasannya, apakah itu transportasi jauh, Bulog harus tetap menampung gabah petani. Karena apa? lumbung beras Riau itu ada di daerah kabupaten. Jadi, Bulog harus membangun gudang untuk menampung gabah petani,” tegas Sugianto kepada bertuahpos.com, Selasa 20 Maret 2018.
Baca:Â Kata Bulog, Riau Tetap Dapat Jatah Beras Impor Karena Alasan Ini
Sementara itu, dalam catatan Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Riau, dalam setahun Riau membutuhkan 711 ribu ton per tahun. Ini angka yang tidak bisa ditawar. Jika kurang maka masalah akan muncul.
Menurut Kabid Perdagangan Dalam Negeri, Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Riau, Asril Encik, disamping hasil pertanian lokal, suplai beras berasal dari provinsi tetangga. Seperti Sumbar, Jambi Palembang dan daerah lainnya. (bpc2)