BERTUAHPOS, JAKARTA – Kementerian Perdagangan (Kemendag) mempunyai strategi untuk menambah devisa negara di tengah turunnya kinerja ekspor dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. strategi pemerintah tersebut sangat membantu dalam penambahan devisa negara.
Â
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi mengungkapkan ada beberapa celah yang bisa bisa dimanfaatkan Indonesia untuk menambah devisa negara.
Â
“Yang pertama tentunya dari hubungan dagang antara Indonesia dan Pakistan yang sudah berlaku pasar bebas mulai 1 September ini,” ungkap Bayu saat ditemui di Kantor Kemendag, Jakarta, Selasa (3/9/2013).
Â
Menurut Bayu dengan adanya bentuk kerjasama ini maka Indonesia dapat menggenjot ekspor terutama produk sawit, garmen, batubara dan produk lainnya. Diperkirakan tahun depan, nilai transaksi ekspor Indonesia ke Pakistan mencapai US$ 2 miliar.
Â
“Potensi peningkatan perdagangan tahun depan US$ 1,5-2 miliar,” imbuhnya.
Â
Dalam waktu dekat, produk kayu Indonesia juga akan diakui oleh negara Uni Eropa. Hal ini karena Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) akan diterbitkan dalam 22 bahasa. Sehingga ada potensi peningkatan ekspor kayu maupun produk kayu termasuk kertas ke negara Uni Eropa.
Â
“30 September nanti SVLK akan ditandatangani dengan negara Uni Eropa. Potensinya US$ 1 miliar ke sana baik produk kayu maupun ekspor kayunya,” katanya.
Â
Kemudian aturan pemerintah mengenakan pajak pertambahan nilai barang mewah (PPnBM) atas produk-produk seperti mobil mewah dan handphone smartphone juga akan menambah pendapatan negara. Di samping itu pemerintah juga akan menekan importasi bahan bakar minyak (BBM) dengan mensosialisasikan penggunaan biodiesel secara massal di dalam negeri.
Â
“US$ 2,8-3 miliar kita bisa menghemat impor BBM kalau pakai biodiesel di dalam negeri. Selain itu ada pajak barang mewah juga kita lakukan. Termasuk untuk menanggulangi kemacetan di Jakarta karena banyak juga yang pakai Ferari dan Lamborgini,” cetusnya.
Â
Â
(detik.com)