BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU– WWF Program Riau bersama komunitas relawan mengadakan kegiatan dalam rangka memperingati World River Day atau Hari Sungai Dunia di Tanjung Belit. Kegiatan berlangsung 26-27 September 2015 dibantu Pokja Batu Dinding serta perwakilan dari Pramuka.
Rimbang Baling dipilih sebagai lokasi kegiatan karena memiliki sungai dinamakan Sungai Subayang. Di sana masyarakat mampu memanfaatkannya secara lestari dalam keseharian. Namun kini banyak perubahan yang memberi dampak negatif, seperti sampah yang dibawa pengunjung yang mencemari sungai.
World River Day atau Hari Sungai Dunia merupakan kegiatan yang dilakukan guna meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat yang tinggal di seputaran sungai betapa pentingnya sungai bagi kehidupan. Lebih dari 70 persen sungai di Indonesia sudah tercemar oleh limbah yang dihasilkan dari aktivitas masyarakat.
River Ambassadors yang merupakan kumpulan dari para relawan yang bergerak dalam melestarikan sungai mengawali kegiatan ini dengan melakukan diskusi dengan kepala desa, pemangku adat, dan masyarakat setempat. Diskusi diawali dengan penyampaian materi dari salah satu official supporter WWF Program Riau dalam hal ini disampaikan oleh Stephanie Theng dengan mengangkat cerita mengenai Hari Sungai Dunia itu sendiri, dilanjutkan dengan materi yang disampaikan oleh salah satu perwakilan para relawan River Ambassadors dalam hal ini disampaikan oleh Ibna Hayati yang mengangkat cerita mengenai sungai secara keseluruhan.
Dalam diskusi ini pembahasan yang dilakukan mengarah pada solusi yang dapat dilakukan dalam menghadapi masalah yang terjadi pada sungai subayang seperti aliran air sungai yang menurun, sampah yang semakin banyak mencemari. Keluaran yang diharapkan dari diskusi ini adalah terbentuknya peraturan yang ditujukan bagi pengunjung yang datang, sehingga meminimalisir penumpukan sampah di sekitar air terjun.
Dalam kegiatan ini juga diadakan pemutaran film dokumenter mengenai pencemaran sungai citarum dan cerita singkat Sungai Subayang. Masyarakat sangat antusias dalam mengikuti acara ini, dibuktikan dari jumlah masyarakat yang hadir melebihi 90 persen dari warga desa, 50 persen di antaranya adalah anak – anak. Kegiatan juga dihadiri oleh para pemangku adat, perwakilan dari kantor desa, serta perwakilan dari bengkel seni. Dari kegiatan ini diharapkan keluaran agar masyarakat setempat tergerak dan yakin dalam penanganan sampah tersebut dilihat dari kasus beberapa sungai yang sudah tercemar.
Hari kedua-27 September 2015- diadakan aksi pemungutan sampah di sekitaran desa hingga air terjun. Kegiatan ini diikuti oleh Pramuka, pokja Batu Dinding, Bengkel Seni, serta para River Ambassadors dengan kalkulasi jumlah peserta sebanyak 45 orang. Sampah yang dikumpulkan dibagi menjadi empat kategori, yaitu : botol plastik, plastik makanan ringan, dan lain-lain.
Hasil perjalanan aksi ini didapatkan berat dari tiap kategori sampah botol plastik sebesar 24,5 Kg; plastik makanan ringan sebesar 6 Kg dan sampah lainnya sebesar 7 Kg. Dari hasil tersebut disimpulkan botol plastik merupakan sampah yang paling banyak ditemui di sepanjang jalan menuju lokasi air terjun.
“Sampah adalah hal yang sulit untuk ditaklukan, harapan kedepannya kita bisa meminimalisir sampah dan diadakannya bimbingan atau pelatihan dalam pengelolaan sampah kepada masyarakat agar bernilai ekonomisâ€, ujar Mahwel salah satu perwakilan Pokja Batu Dinding.
Keluaran yang didapatkan setelah kegiatan ini adalah dibentuknya kebijakan oleh pemerintah desa dengan pengelola air terjun untuk mencegah dan mengatasi permasalahan sampah yang dibawa oleh setiap pengunjung. Dengan adanya kebijakan tersebut lingkungan sekitaran air terjun pasti terjaga sehingga citra ekowisata di desa Tanjung Belit dapat dtingkatkan. (Rilis/riki)