BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Pagi itu, Selasa tanggal 10 Februari 2016. Sekitar pukul 10.00 WIB, warga di Desa Pulau Rambai melakukan aktifitas tidak seperti biasanya. Wajah-wajah mereka panik. Berhamburan keluar rumah.
Air sudah menggenangi halaman dan hanya selang beberapa menit, ketinggian air bertambah masuk ke pelataran. Pemandangan dari setiap sudut di desa itu terlihat kacau. Masing-masing warga sibuk mengangkat barang-barang perabot, pakaian, mesin cuci, TV, kulkas dan beragam perkakas lainnya, untuk dilarikan ke tempat yang lebih tinggi.
Di tengah kerumunan itu, Siti Musiatun, seorang wanita berusia 40 tahun, menitipkan Sara, anak bungsunya yang baru berusia dua tahun, dan Usman Ali, anak pertamanya, ke rumah tetangga. “Saya harus bantu angkat barang di Puskesmas,” katanya. Siti menceritakan rinci bagaimana paniknya masyarakat ketika itu. Air naiknya terlalu cepat. warga tidak bisa berfikir panjang. Hanya bisa menyelamatkan barang yang terlihat saja.
Melihat ibunya sedang sibuk, Sara hanya duduk diam di rumah tetangga tanpa banyak berbicara. Sambil berlari menuju ke Puskesmas, Siti kembali mendengar teriakan warga yang minta tolong diangkatkan barang-barangnya. Fokus Siti berubah kepada barang-barang milik tetangganya itu, kemudian kembali berlari menuju Puskesmas.
Tengah membereskan obat-obatan, dia ingat bahwa barang di rumahnya belum terselamatkan. “Cuma suami saya sendiri yang beres-beres di Rumah,” sabungnya.
Hanya berjarak satu jam, lebih kurang pukul 11.00 WIB, genangan air sudah setinggi dada orang dewasa. Listrik dimatikan. Satu-satunya cara, dia dan suaminya melarikan barang-barang miliknya ke atas langit-langit Rumah yang terbuat dari papan. Karena sudah termakan usia, lantai di langit-langit rumah pun lapuk.
Ketika itu, Sara dan Usman Ali dan mertuanya lebih dulu diletakkan di langit-langit rumah. Sementara Siti dan sang suami, masih membereskan barang-barang untuk diletakkan ke atas.
Tepat pukul 14.00 WIB, siang itu, satu keluarga ini sudah berada di atas langit-langit rumah mereka. Sedangkan air sudah menggenangi hingga palang pintu. “Air naik cepat sekali.” Lebih kurang empat jam, seluruh rumah di Desa Pulau Rambai ini tenggelam. Dengan menelan korban lebih kurang 330 kepala keluarga dan 1.500 jiwa lebih. (Bersambung).
Penulis Melba Ferry Fadly