BERTUAHPOS.COM (BPC), LIMAPULUH KOTA – Pada 31 Juli lalu, dua orang mahasiswa Al-Azhar, Kairo, Mesir asal Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, ditangkap pihak keamanan setempat. Kedua mahasiswa tersebut diketahui bernama Nurul Islami dan Muhammad Hadi.
Sebelum ditangkap pihak keamanan, Nurul Islami menelepon ibunya di Kampung halaman di Situjuah Batur, Kabupaten Limapuluh Kota via handphone.
Saat itu ibunya Muharnis, sempat bercerita dengan Nurul Islami terkait kepindahan tempat kosnya dari Samanud ke daerah Kairo. Dimana dia menyebut alasan pindah kos, karena kondisi keamanan di Samanud sudah tidak kondusif.
“Pada saat itu terakhir komunikasi dengan Nurul. Dia bercerita bahwa di tempat tinggalnya yang lama di Samanud tidak kondusif lagi. Tapi dia hendak menjemput barang miliknya berupa buku dan baju yang masih tertinggal di Samanud, tempat kos lamanya keesokan hari,” tutur Muharnis bercerita kepada wartawan kemarin.
Sejak saat itu, Muharnis tidak mendapat kabar dari Nurul. Dirinya baru tau jika anaknya Nurul Islami ditangkap pihak keamanan Mesir, sekitar empat hari lalu tepatnya 7 Agustus 2017. Semenjak itu pula dirinya dan keluarga besarnya mulai tak tenang.
“Kami khawatir, cemas. Entah dimana dia sekarang, kondisinya juga bagaimana. Kami berharap Pemerintah RI melalui KBRI Mesir bisa membebaskan anak kami,” pintanya mengaku khawatir.
Sebelumnya, Nurul Islami juga sempat pulang kampung ke Situjuah Batur pada 10 Mei 2017 lalu. Tetapi dirinya tidak bisa lama berada di kampung halaman. Hanya selama 34 jam berada di rumah, karena Nurul harus berangkat kembali menuju Padang sebelum bertolak ke-Mesir.
Di sisi lain, orangtua Muhammad Hadi Murtalinda juga menyebut dirinya sempat berkomunikasi dengan Hadi pada 31 Juli 2017, sehari sebelum Hari dan Nurul ditangkap.
“Saat itu dia menelepon, tetapi karena sinyal kurang baik sehingga pembicaraan tidak jelas dan telepon akhirnya mati. Tak lama dia SMS, nanti ditelepon lagi, sinyal kurang baik, itu isi pesan SMSnya,” cerita ibunya Murtalinda.
Setelah menunggu hingga pagi sampai tanggal 1 Agustus 2017, janji Muhammad Hadi akan menelpon ulang orangtuanya di Kota Payakumbuh, tidak kunjung tiba. “Saya tunggu tidak pernah ada telepon dari Hadi. Sebelum telepon putus karena sinyal, dia janji akan nelpon lagi. SMS juga tidak dibalas, kemudian dengan WA anak walimurid sahabat anak saya, WA nya dibaca tidak dibalas, beberapa kali saya kirim tetap sama, tidak dibalasnya,” ucapnya khawatir terhadap anak keduanya itu.
Berhari-hari menunggu kabar dari Muhammad Hadi, tapi tak kunjung ada kabar. Pada tanggal 7 Agustus 2017 beberapa hari lalu dia mendapat kabar jika Muhammad Hadi ditangkap pihak keamanan Mesir di Samanud.
“Melalui pesan WA dari sahabat anak saya. Dimana pesan itu dari Mesir berisi kabar menyampaikan kalau anak saya ditangkap pihak keamanan Mesir,” sebut Murtalinda khawatir.
Disampaikannya, Hadi memang pernah pulang pada 20 Januari-31 Maret 2017 lalu. Namun dia tidak bercerita jika akan pindah kos ke Kairo. Kemudian juga tidak mengabari akan menjemput pakaian yang masih tertinggal di tempat kos lamanya di daerah Samanud.
Dua mahasiswa Al-Azhar asal Limapuluh Kota semester 6 jurusan Syariat Islam itu, kini tidak ada kabarnya. Pihak KBRI terus melakukan komunikasi dengan pemerintah daerah Provinsi Aga.Â
Nurul Islami dan Muhammad Hadi merupakan dua orang mahasiswa Al-Azhar, Kairo Mesir yang seangkatan. Dimana keduanya sama-sama berangkat menimba ilmu ke negeri Mesir itu sejak menamatkan studi di MAN Payakumbuh. (bpc15)