BERTUAHPOS, SUMBAR – Meteo Pemerintah Swiss melakukan inagurasi kerjasama dengan BMKG Indonesia di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat, Senin (9/9). Kunjungan kerjasama tersebut langsung dilakukan Duta Besar Barat Konfederasi Republik Swiss, Mr. Heinz Walker Nederkoorn, bersama Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat Dr. Andi Ekasakya, beserta beberapa pakar BMKG dari Swiss.Â
Kedatangan Dubes itu selain di sambut hangat oleh Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno dan Bupati Agam Indra Catri, juga diiringi kesenian Minangkabau. Peresmian kerjasama tersebut, ditandai dengan pengguntingan pita yang dilakukan Duta Besar Barat Konfederasi Republik Swiss Mr. Heinz Walker Nederkoorn, didampingi pakar BMKG Swiss, Kepala BMKG pusat dan Gubernur berserta Bupati Agam. Duta Besar Barat Konfederasi Republik Swiss, Mr. Heinz Walker Nederkoorn, dalam sambutannya mengatakan, tujuan kerjasama dilakukan dalam rangka mengurangi pengaruh dampak globalwarming yang bersumber dari efek rumah kaca. Dengan begitu, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang besar dan bisa mengurangi pupulasi pemanasan global.
“Apalagi, GAW yang terletak di Bukit Kototabang ini sangat srategis dan memiliki keunikan tersendiri. Terutama, letaknya tepat pada garis khatulistiwa,” ujar Mr. Heinz Walker Nederkoorn.
Menurutnya, GAW yang berada di Bukit Kototabang Kabupaten Agam merupakan salah satu stasiun pemantau cuaca dan iklim diantara 33 stasiun yang ada di dunia.
Dubes bersama Pakar BMKG akan memberikan pelatihan dan materi tentang perubahan dan dampak terjadinya gloalwarming di Indonesia termasuk GAW Bukit Kototabang.
Kepala BMKG Pusat Dr. Andi Eka Sakya kepada wartawan, meyakini bahwa dengan dilakukan kerjasama ini dapat memberikan efek dan perubahan besar terhadap dampak rumah kaca dan pengaruh globalwarming di bumi ini.
Menurutnya, kedatangan tamu internasional ini untuk mendukung kerjasama internasional dalam pengamatan gas rumah kaca. Gas rumah kaca saat ini memang menjadi perhatian global dan sekarang menjadi fokus politik di seluruh dunia. Dan bahkan presiden SBY tahun 2009 sudah menyatakan bahwa Indonesia harus bisa menurunkan konsentrasi gas rumah kaca 26 persen dalam aktivitas biasa atau 41 persen kalau dibantu oleh negara-negara internasional.
Pilihan terhadap stasiun GAW Bukit Kototabang, tidak terlepas dari keadaan yang sangat bersih dan strategis yaitu di khatulistiwa dengan hutan murni yang merupakan lokasi penelitian internasional. Bahkan di lokasi itu juga pemantauan gejala atmosfer global di bawah naungan LAPAN.Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, mengucapkan terima kasih terhadap kunjungan dan kerjasama pemerintah Swis, semoga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Menurut Irwan Prayitno, saat ini bumi secara global telah terjadinya penipisan atmosfer. Begitupun efek rumah kaca. Salah satu contoh di Sumbar dengan pengaruh cuaca yang tidak menentu dapat menjadi dampak terhadap energi bumi, hasil petani masyarakat, serta bencana alam yang mengakibatkan bumi ini hancur, begitu juga yang terjadi di daerah lain bahkan negara-negara lainnya.
“Kita bisa katakan isu pemanasan global bukan isu dari Sumbar, namun telah menjadi isu dunia,” terangnya.
Sebelum itu, gubernur mengucapkan apresiasi terhadap masyarakat yang mendukung penuh pelaksanaan dan keberadaan GAW di Bukik Kototabang ini. Karena, keberadaan GOW tidak hanya dirasakan oleh masyarakat setempat bahkan menyelamatkan dunia sekaligus.
Bupati Agam Indra Catri, mengatakan, selain mempunyai kekayaan alam yang alami, Agam juga merupakan daerah peninggalan sejarah. Maka untuk itu, atas nama masyarakat Agam mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Swiss terhadap kerjasama ini.
Ia mengimbau kepada masyarakat agar memelihara dan memanfaatkan fasilitas yang sangat tinggi nilainya itu untuk kepentingan umum. “Dipilihnya Kabupaten Agam sebagai satu-satunya daerah di Sumatera Barat sebagai lokasi stasiun GAW merupakan suatu rahmat dan kebanggan tersendiri bagi seluruh masyarakat Agam, †sebutnya. (katik)