BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU– 45 persen terpenuhinya kebutuhan beras di Riau, membuat provinsi ini sangat bergantung dengan provinsi tetangga, untuk menutupi 55 persen sisa kebutuhan beras. Melihat angka itu, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau mengakui bahwa ketanahan pangan di Riau masih belum kuat seperti yang diharakan.
Dia ingin perlu ada komitmen kuat dari pemerintah kabupaten / kota, beserta masyarakat untuk menjadikan sagu sebagai makanan alternatif pengganti beras, dan memasukkan komuditi ini sebagai salah satu penopang swasembada pangan di Riau. (Baca: Pemrov Riau Sarankan Sagu jadi Makanan Alternatif)
“Hanya ini lagi andalan kita. Potensi sagu di Kepulauan Meranti itu membuat kami yakin bahwa sagu bisa diandalkan untuk ketahanan pangan. Malaysia dan Singaore, sampai saat ini masih megandalkan sagu sebagai bahan baku unggulan, dan dijual di restourant mereka. Kami ingin di Riau juga seperti itu,” katanya.
Data yang dikemukakan Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Riau di tahun 2014 saja, produksi beras di Riau masih jauh dari kata cukup untuk menutui kebutuhan pangan utama masyarat. Produksi beras di tahun 2014 baru mencapai 245.625 ton. Sementara kebutuhan beras di Riau untuk tahun itu saja mencapai 652.876 ton.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau, Ir Darmansyah mengatakan pada rapat koordinasi ketahanan pangan beberapa waktu lalu, harus ada rumusan faktual dari pemerintah pusat untuk menyelesaikan masalah ketahanan pangan di Riau. (Baca: Sagu, Tepung Serba Bisa untuk Semua Olahan)
“Kurang lebih 60 persen kebutuhan angan di Riau masih disalurkan dari provinsi tetangga. Kami inginnya bagaimana kedepan tingkat ketergantungan ini menurun,” ujarnya.
Sementara itu, di Kabuaten Kepulauan Maranti saja, misalnya, produksi sagu ditahun 2006 bisa tembus diangka 440.309 ton. Pemerintah sangat yakin, potensi ini bisa menjawab masalah ketahanan pangan karena wilayah ini, adalah salah satu daerah penghasil sagu terbesar di Indonesia.
Berdasarkan Data Badan Penanaman Modan dan Investasi Daerah (BPMPD) Provinsu Riau, ditahun yang sama kabupaten Kepulauan Meranti memiliki luas area perkebunan sagu yakni 44,657 hektar, atau 2,98 persen luas tanaman sagu nasional.
Perkebunan sagu di Meranti telah menjadi sumber penghasilan utama hampir 20 persen masyarakat Meranti. Tanaman sagu atau rumbia termasuk dalam jenis tanaman palmae tropical yang menghasilkan kanji (starch) dalam batang (steam). (Baca: Andi Rachman Pamerkan Sagu jadi Alternatif Pangan di Riau)
Sebatang pohan sagu siap panen dapat menghasilkan 180 sampai 400 kilogram tepung sagu kering. Tanaman sagu dewasa siap panen berumur 8 sampai 12 tahun. Pada tahun 2006 di Kepulauan Meranti 440.000 ton lebih tepung sagu dihasilkan dari pabrik pengolahan sagu atau kilang sagu.
Tak didapat data pasti mengenai jumlah kilang dan kapasitas kilang pengolahan, namun diperkirakan terdapat 50 kilang sagu dengan mengunakan teknologi semi mekanis dan masih memanfaatkan sinar matahari untuk pengeringan (penjemuran).
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Riau, A Patrianov melihat potensi sagu tidak diragukan lagi untuk dijadikan anternatif ketahanan pangan. (Baca: Andi Rahman Kenalkan Sagu ke Siswa Korea)
“Hanya saja mengubah kebiasaan masyarakat dari makan beras ke makan sagu memang butuh waktu lama. Namun dalam situasi ketahanan pangan Riau seperti ini, mau tidak mau itu harus dilakukan. Sebab peperintah tidak bisa selamanaya berharap banyak pada produksi beras sebagai pasokan andalan pangan di Riau,” ujarnya. (Melba)