BERTUAPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Perbincangan bertuahpos.com dengan Syamsir semakin seru. Kisah demi kisah yang dia tuturkan, menandakan bahwa dia begitu paham dengan alur cerita konfik Suku Melayu Tiga Koto Sibelimbing dengan PT Perawang Sukses Perkasa Industri (PT PSPI), sekitar tahun 1993.
Â
Syamsir adalah keturunan Datuk Raja Melayu, Pemimpin Suku Melayu Tiga Koto Sibelimbing, di Kampar, Riau. Menurut cerita Syamsir, perjuangan merebut kembali lahan ulayat masyarakat Persukuan Melayu Pertemuan, dilakukan oleh anak kemenakan secara tertutup.
“Dengan model gerilya oleh kelompok-kelompok anak kemenakan suku ini,” ujarnya kepada bertuahpos.com.
Tahun 1993 muncul PT PSPI, punya senjata untuk merebut tanah itu. Mereka dengan bangga mengklaim telah mengantongi izin usaha Hutan Tanaman Industri dan beroperasi di sebagian tanah ulayat persukuan itu. Sejak saat itu perjuangan untuk merebut kembali tanah ulayat belum selesai sampai hari ini.
Tanah ulayat di masa itu dijadikan sebagai lahan pertanian dan pedadangan. Pada suatu hari, PT PSPI menurunkan pasukan alat berat. Pohon-pohon besar dibabat. Tanaman kehidupan milik masyarakat musnah. Dalam sekejap berganti dengan tanaman akasia.
Barulah sekitar tahun 2007, sejak Gelar Datuk Rajo Melayu dimandatkan kepada Saripudin, Perjuangan untuk kembali menggarap tanah ulayat dilakukan secara massif dan terang-terangan.
Kasus penyerobotan lahan ulayat itupun telah diadukan pada tahun 2011 silam ke Polsek, Polres, DPRD dan Bupati Kampar. Namun sepertinya hanya sebuah yang sia-sia. “Tidak ada respon apapun,” sambungnya.
Penulis: Eli Suwanti