BERTUAHPOS.COM (BPC), SIAK – Keberadaan sekolah marjinal di Kecamatan Siak Dusun Kolam Hijau, Kampung Buatan Besar telah menyentuh hati beberapa pihak. Kali ini Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Siak, Sujarwo, langsung turun ke lokasi sekolah, hari ini, Jumat (29/5/2015).
Kedatangan Sujarwo tidak melibatkan anggota DPRD lain, hanya bersama sopir, staf dan ajudannya. Untuk menuju lokasi, Sujarwo bisa merasakan langsung sulitnya medan jalan yang harus ditempuh.
Mobil jenis Toyota Hylux yang dikendarainya, sempat kandas di tengah jalan. Mau tak mau, Sujarwo bersama ajudan dan stafnya pun harus turun dari mobil untuk membantu mendorong mobil yang terpuruk.
Namun, usaha yang dilakukan sia-sia karena kondisi jalan di atas gambut, licin, becek dan lembut. Sehingga, menyebabkan mobil itu tidak bergerak. Ia sempat memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki.
Beruntung, ada dua orang warga Dusun Kolam Hijau yang melintas di jalan itu. Meskipun memerlukan waktu yang agak lama, akhirnya mobil itu bebas dari perangkap, sehingga perjalanan bisa dilanjutkan.
Sesampainya di perkampungan, Sujarwo langsung menuju sekolah swadaya masyarakat itu. Ia pun berbincang-bincang dengan guru dan 17 orang muridnya.
“Kalau saya pengen jadi pramugari,” ujar Desi salah seorang murid kelas dua.
“Saya pak mau jadi dokter,” timpal Rudi, murid kelas tiga, dari barisan bangku belakang,
Ia tersentuh mendengar cita-cita tinggi para generasi muda di dusun itu. Namun juga prihatin saat melihat kondisi sekolah. Dimana satu ruang kelas berukuran 4×6 meter itu digabung untuk tiga tingkatan sekaligus.
Sebagai anggota DPRD yang membidangi pendidikan, ia berharap agar sekolah swadaya itu lebih diperhatikan Pemerintah Daerah (Pemda). Ia pun merasa bersyukur karena Dinas Pendidikan sudah turun ke lokasi itu dan memberikan solusi terbaik.
“Perda wajib belajar 12 tahun kan sudah ada. Berarti pemda wajib menyekolahkan anak-anak ini. Pemda wajib memperhatikan sekolah ini,” pungkasnya.
Untuk selanjutnya, permasalahan ini akan segera dibahas lagi antara DPRD dan Pemda Siak untuk mencari langkah apa yang akan diambil untuk meningkatkatkan status sekolah dan kejelasan status warga kampung itu.
Pasalnya, daerah itu disebut-sebut merupakan bagian cagar biosfer. Namun, hingga sekarang, masyarakat sekitar pun tidak tahu dimana batas lahan cagar biosfer.
“Ini harus kita dudukkan dulu, bagaimana nasib anak-anak dan warga sini. Kalau memang ini cagar biosfer, mau dikemanakan mereka,” tandasnya.
Sementara Zulkarnain, salah seorang warga menuturkan, kampung mereka masih jauh dari cagar biosfer. “Batas wilayah dengan biosferkan Sungai Pesimsim. Jadi, masyarakat masih jauh dari cagar biosfer karena pemukmannya aja di pinggiran sungai pesimsim,” tandasnya. (syawal)
Â