BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU– Provinsi Riau sudah sejak lama dikenal sebagai sentra komoditi sawit dan karet. Hanya saja harga dua komoditi ini kerap tidak stabil, berdampak pada daya beli masyarakat bahkan pembayaran kredit pada perbankan.
Seperti yang disampaikan Pimpinan Cabang Bank Muamalat Pekanbaru, Syaifullah Asyik kepada kru bertuahpos.com. “Berpengaruh sekali. Januari kemarin sudah mulai terasa ada yang kreditnya tersendat-sendat,†katanya, Jumat (19/02/2016).
Akibat harga sawit mau pun karet yang sering tidak stabil, membuat pihaknya semakin selektif penyaluran kredit. “Kita lebih selektif lagi. Misal, kalau dulu punya dua hektar sudah bisa sebagai agunan untuk memberikan kredit, sekarang tidak bisa lagi. Minimal 10 hektar baru berani kita setujui pengajuan kredit,†katanya.
Syaifullah mengatakan kebijakan itu diambil sebagai upaya mengantisipasi adanya kredit macet. Di mana acap kali saat harga sawit dan karet anjlok, para debitur tidak mampu membayar kredit. Saat ini 20 persen nasabah Bank Muamalat Pekanbaru merupakan perkebunan.
Selain itu Bank Muamalat tidak lagi menjadikan nasabah perkebunan sebagai prioritas. “Bukan berarti kita lepas, hanya saja kita lebih selektif. Selain itu kita lebih kepada nasabah swasta seperti jasa,†tuturnya.
Selain itu Tahun 2016 ini, PT Bank Muamalat Indonesia (tbk) wilayah Riau mengincar dana simpanan Pemerintahan daerah. Kendati jumlahnya tidak besar diharapkan segmen ini bisa menambah pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) di Bank Syariah yang sudah ada sejak 15 tahun ini di Riau.
Syaifullah mengatakan pihaknya sudah melakukan pendekatan-pendekatan khususnya kepada Pemerintah Provinsi Riau agar menyimpan dananya di Bank Muamalat. “Pemprov Riau dan Pemerintah daerah lain seperti Pekanbaru, Tembilahan mau pun Kampar responnya bagus,” sebut Syaifullah.
Dirinya optimis bisa menghimpun dana dari pemerintah daerah, walau relatif sedikit. “Kepada pemerintah daerah kita tawarkan bagi hasilnya yang lebih kompetitif dibandingkan Bank Konvensional lainnya,” katanya.
Disamping itu pihaknya bakal tetap mengoptimalisasi porsi pembiayaan ditujukan untuk segmen small medium enterprise (SME) dan konsumer yang porsinya mencapai 70 persen dari total pembiayaan. Sisanya merupakan pembiayaan yang ditujukan untuk segmen korporasi.
Penulis: Riki