“Banjir tahun ini telah melanda petani swadaya yang berada pinggiran sungai Rokan, Kampar, Kuantan dan Indragiri. Dengan terjadinya banjir ini para petani tidak bisa menjual hasil buah kebunnya karena sudah terendam dan busuk atau akses transportasi tertutupâ€ujar Zulher.
Dia menerangkan kondisi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin ekonomi petani akan semakin memburuk, sebab, sebagian besar petani menggantungkan ekonomi keluarganya dari hasil perkebunan ini. Apalagi selain kebun kelapa sawit atau karet, lahan pertanian lainnya seperti tanaman padi dan sayur mayur juga ikut di genangi air. Sehingga menambah daftar panjang penderitaan para petani di Riau. Selain tidak bisa menjual buah, akses transportasi yang buruk karena hujan melanda wilayah Riau, juga menambah biaya transportasi petani.
“Jika jalan usaha tani yang biasanya dapat dilalui kendaraan roda empat namun sejak banjir ini tidak bisa lagi karena jalan sangat buruk. Untuk ini, biasanya petani mengangkut dengan cara manual yaitu diangkat dengan tenaga manusia. Tentunya dengan ini akan menambah ongkos transportasi”uja Zulher.
Sekretaris Desa Buluh Cina kabupaten Kampar, M Rais, saat ditemui pada hari Minggu (30/1) mengungkapkan bahwa warganya sudah hampir 2 minggu terakhir tidak bisa panen buah sawit atau pergi menderes karet. Hal itu disebabkan oleh kebun mereka berada di seberang sungai atau berada di dataran rendah.
“Kita sangat khawatir dengan ekonomi petani. Sudah hampir 2 minggu tidak mengambil hasil kebun kelapa sawitnya. Namun, kita juga tidak bisa berbuat banyak karena ini faktor alam. Semoga banjir ini tidak berlangsung lamaâ€harap Rais.(Rls/Syawal)
Â