BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Deputi Gubernur Bank Indonesia, Endar menyebutkan, jatuhnya harga sawit membuat sejumlah wilayah di Sumatera dalam kondisi tertekan. Provinsi Riau masuk dalam daftar itu.
Rendahnya pertumbuhan ekonomi global menyebabkan menurunnya permintaan dunia (global demand) terhadap sejumlah komoditas ekspor dari negara berkembang. Termasuk jatuhnya sejumlah harga komoditas primer di pasar internasional seperti harga minyak, batubara, karet dan minyak sawit.
“Dengan merosotnya harga komoditas tersebut, beberapa daerah yang struktur perekonomiannya sangat bergantung pada komoditas sawit seperti Kalimatan Timur, Aceh dan Provinsi Riau, mengalami tekanan yang sangat berat,” katanya.
Kelapa sawit tidak lagi menawarkan sumber penghasilan yang menjanjikan seperti dimasa lalu. Kegiatan usaha dibidang ini tidak lagi mendorong para investor untuk mau menanamkan dananya. Bahkan beberapa proyek pertambangan batubara menjadi terbengkalai.
BPS mencatat perekonomian Provinsi Riau dalam dua triwulan I dan
Triwulan II 2015 telah mengalami pertumbuhan negatif. Artinya secara riil jumlah produksi barang dan jasa di provinsi ini menurun dibanding periode sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau yang pada Triwulan I dan Triwulan II 2015 tercatat negatif masing-masing 0,03 persen year on year dan 2,64 persen year on year, harus bisa dijaga agar tidak terus memburuk.
“Secara eksternal tantangan tersebut bersumber dari belum pulihnya perekonomian global dari krisis tahun 2008, dan tingginya tekanan terhadap stabilitas nilai tukar akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia dan masih tingginya ketidakpastian yang terjadi di pasar keuangan global,” tambah Endar
Sementara dari sisi internal, tantangan bersumber implikasi terus melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional bagi kesejahteraan rakyat, stabilitas sistem keuangan dan kesinambungan fiskal.
Lambatnya pertumbuhan ekonomi global terutama dipicu oleh belum pulihnya pertumbuhan perekonomian di Amerika Serikat dan melambatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Jatuhnya harga-harga komoditas sawit diperkirakan masih belum akan pulih dalam beberapa tahun mendatang. (melba)