BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Tak ada kata lain yang bisa diungkapkan Husen selain bertahan. Husen adalah salah seorang petani sawit di Kabupaten Rokan Hilir. Kepada bertuahpos.com, Senin (24/08/2015) Husen bercerita bagaimana sulitnya dia menutupi pembayaran kredit bank. Hasil panen sawitnya baru-baru ini masih diharga Rp 500 per kilogramnya.
Biasanya pengasilan Husen Rp 3 juta sampai Rp 4 juta per sekali panen, kini dia hanya bisa mengantongi kurang lebih Rp 1,5 juta per setiap kali panen. Husen bingung bagaimana harus menutupi kebutuhan keluarga dan tunggakan kredit di bank.
“Ada 3 bank yang harus saya bayar kreditnya. Kisaran Rp 4 jutaan perbulannya,” katanya. “Bulan ini masih bisalah cerita pahit dulu sama agen. Bayar separuh.”
Keperluan keluarganya kini tidak lagi mencukupi. Uang hasil panen sawit masih kurang untuk membeli kebutuhan pokok rumah tangga. Apalagi harga sembako di pasaran semakin meningkat.
Krisis harga sawit ditahun 2009, juga sudah dirasakan Husen. Namun pada masa krisis itu dia mengaku perekonomian keluarganya tidak terlalu terpuruk, sebab harga sembako masih bisa dipenuhi.
“Kalau dulu kebutuhan ekonomi keluarga saya masih rendah. Sekarang belum untuk biaya anak sekolah. Saya bingung bagaimana harus menutupinya,” sambung Husen.
Bank Indnonesia memprediksi bahwa pelemahan harga komoditi ini kemungkinan akan berlangsung hingga tahun depan. Jika tidak ada kebijakan positif untuk mengembalikan harga buah sawit ke harga semula.
Kalau kondisinya sudah seperti ini, Husen tidak bisa berbuat banyak, selain berharap kepada pemerintah untuk segera mengambil kebijakan, agar harga sawit kembali membaik.
Cikal bakal untuk beralih profesi belum terpikirkan. Sebab sudah bertahun-tahun, Husen dan keluarganya memang menggantungkan hidup dan pendidikan anaknya kepada kebun sawit.
“Kami sangat berharap pemerintah bisa membantu. Kami juga merasakan, banyak kebijakan pemerintah Indonesia yang sekarang cenderung membuat rakyat sengsara,” sambungnya. (Melba)