BERTUAHPOS.COM (BPC)– “Namun, ingatlah Kebo Parang, kendalikan tubuh dan pikiranmu, kelima elemen dalam dirimu. Karena, dengan itu, kau bisa mempergunakan pranamu dengan benar dan menghindarkanmu dari kehancuran“.
Demikian petikan pesan Nyai Kalini kepada Kebo Parang dalam komik digital Chronicle of Calonarang: Baladeva produksi Tantraz Comics Bali, halaman 50.
Baladeva merupakan komik karya sastra digital pertama Indonesia yang menembus dunia dalam versi dua bahasa, yakni Indonesia dan Inggris.
“Kebanggaan kami adalah berupaya melahirkan komik sastra karya asli anak Indonesia ke pentas mancanegara dengan teknologi. Kami ingin menghasilkan karya luar biasa,” kata Ketua Tim Tantraz Comics Bali Putu Gde Ary Wicahyana, di Denpasar, Bali.
Empat tahun lalu, ia bermimpi dan mencari cara bagaimana talenta orang Indonesia tak sebatas dimanfaatkan perusahaan asing. Talenta bangsa ini harus bisa berharga di negerinya sendiri dan menjadi kebanggaan. Ia pun mencari talenta-talenta itu tak hanya di Pulau Bali.
Belasan anak Nusantara berhasil dikumpulkan Ary di studio Tantraz di Denpasar. Mereka bekerja merangkai ide, cerita, gambar demi gambar, dan semua proses dilalui dengan teliti. “Kami ingin hasil yang luar biasa,” ujar Ary.
Mengapa komik sastra? Menurut Ary, generasi muda mulai memudar mengenal sastra hingga sejarah seperti cerita-cerita kerajaan. Harapannya, melalui komik, ia bisa menarik perhatian orang dan kembali tertarik menggali sejarah. Karena itu, karakter tokoh-tokoh hingga seluruh adegannya pun dibuat mendekati riil dengan warna yang indah.
Membaca komik Baladeva, ada uniknya sekaligus edukasi. Cerita yang berlatar tahun 1016 di Jawa Timur itu terselip kata-kata sastra kawi. Namun, tak perlu khawatir mengenai terjemahannya karena Ary dan kawan-kawan menyiapkan apendix di halaman paling belakang komik 75 lembar itu dengan kertas eksklusif.
Tahun 2013, komik Baladeva perdana beredar, justru berbahasa Inggris. Peluncurannya bekerja sama dengan Kinokuniya dan Periplus. Perjalanannya pun melenggang hingga volume ketiga, dan Tantraz Comics Bali makin dikenal.
Bahasa Inggris menjadi pilihan bahasa komik bertokoh Kebo Parang ini. Alasan Ary, ia ingin menunjukkan kemampuan anak Indonesia hebat dan bisa menembus pasar internasional.
Dan, komik karya Tantraz Comics Bali dengan gambar- gambar setara animasi ini pun laris manis di pasaran Eropa. Seribuan bukunya seharga Rp 300.000 per buku terjual. Tak sedikit yang memesan puluhan buku meski ongkos kirimnya tak murah. Di Indonesia, hanya laku sekitar 200 buku.
Ary dan kawan-kawannya sempat sedih karena bangsanya sendiri sulit diajak menghargai karya bangsanya sendiri. Mahal menjadi salah satu alasan terbanyak komik ini tak terbeli di negeri sendiri.
Namun, mereka tak menyerah. Kini, volume empat dan lima pun siap beredar. Tahun ini, Tantraz mencoba edukasi melalui jalur e-book (buku digital) dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Harganya Rp 30.000 per volume, dan dapat diunduh untuk dibaca di mana saja.
Kerja sama pun melebar ke Indosat dan beberapa bank. Aplikasinya dapat melalui Android ataupun Apple Store.
Dalam e-book ini, Baladeva tak sendiri. Tantraz menggandeng beberapa penulis sastra asal Bali, seperti Cok Sawitri, melalui novel karangan terbarunya. Dua kampus di Bali, Universitas Pendidikan Ganesha dan Institut Seni Indonesia Denpasar, bersedia bergabung dan menjadikan karya-karya sastra budaya mahasiswa mereka berbentuk buku digital.
“Yang kami pahami, karya sastra biasanya susah dijual apalagi di era anak muda yang makin kurang budaya membacanya. Kami berupaya memberi sentuhan ilustrasi gambar yang cantik dan semenarik mungkin, lalu dijual melalui e-book. Kami membuka selebarnya agar Tantraz bisa dimanfaatkan orang Indonesia yang berkarya sastra budaya dan sama-sama berjuang mengedukasi ke masyarakat dan dunia,” ujar Ary.
Tantraz adalah sebagai kapal buku digital untuk seluruh karya sastra dan budaya Indonesia, terutama bagi mereka yang kesulitan mencetak hingga menjualnya. Tantraz e-book siap membantu dan bagi hasil 60 persen ke penulis dari seluruh penjualan melalui digital ini.
Cok Sawitri tidak menyangka betapa hebatnya anak Tantraz ini menembus mancanegara melalui teknologi. Ia memercayakan novel-novel terbarunya, seperti Karna, dicetak digital dan sangat luar biasa menarik dengan ilustrasi.
“Mereka cemerlang. Saya tak ragu bergabung memperkenalkan karya sastra terbaru ini melalui e-book. Saya mulai sadar ini era teknologi dan masyarakat mulai pintar menggunakan gadget modernnya,” kata Cok.
Edwin Pudjiono, penulis asal Surabaya, yang bergabung dengan Tantraz, mengatakan, Tantraz Comics Bali merupakan wadah sastra yang tiada tara. “Anak muda kreatif dan inovatif seperti ini harus didukung. Mereka berkorban demi nama Indonesia bisa dihargai dunia,” katanya.
Sumber: Kompas