BERTUAHPOS.COM, Jakarta – Kanker serviks atau yang sering disebut kanker leher rahim merupakan salah satu masalah kesehatan perempuan, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia.
Ironianya, setiap jam seorang perempuan meninggal karena kanker serviks. Data dari Globocan (2008) menunjukkan peevalenai virus Human Pipillomavirus (HPV) di populasi perempuan Indonesia adalah sekitar 31 %, dengan jumlah kasus kanker serviks per tahun mencapai 13.762 kasus dengan 7.493 kasus kematian akibat kanker ini per tahun.
Selain kejadian yang tinggi, masalah lain adalah bahwa hampir 70% kasus datang ke rumah sakit sudah dalam keadaan stadium lanjut.
Hal inilah yang mengilhami Female Cancer Program FKUI RSCM meluncurkan program Bulan Cegah Kanker Serviks (BUCEKAS) dengan kegiatan utamanya menyediakan deteksi dini kanker servuks dengan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).
“Kanker serviks merupakan sebuah masalah kesehatan perempuan yang perlu menjadi perhatian utama bagi kita semua khususnya sebagai bentuk perlindungan kesehatan bagu perempuan Indonesia,” kata Ketua Yayasan Kanker Indonesia Prov DKI Jakarta, Veronika Basuki Tjahaja Purnama, dalam sambutannya saat peluncuran Program Bucekas, di Puskesmas Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Selasa (14/5).
Menurutnya, upaya meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai kanker yang diakibatkan HPV atau Human Papillomavirus ini perlu disosialisasikan sejak usia muda.
Veronika menjelaskan, para pelajar harus terus diingatkan untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Terlebih kanker yang disebabkan HPV ini mudah ditularkan melalui kontak kulit kelamin.
“Dengan edukasi ini para pelajar diharapkan dapat mengetahui cara-cara pencegahan dengan melindungi diri dari faktor risiko dan penyebab,” jelasnya
Program Bulan Cegah Kanker Serviks (Bucekas) ini salah satunya diisi dengan
edukasi dan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) secara gratis selama Mei-Juni 2013 di puskesmas-puskesmas di lima wilayah DKI Jakarta.
“Ditargetkan sebanyak 1,4 juta perempuan penduduk DKI Jakarta terbebas dari kanker serviks pada 2017,” tegas Veronika.
Tak hanya itu, Veronika juga mengingatka virus HPV ditularkan melalui hubungan seks. Risiko dimulai dari kontak seksual pertama. Semua perempuan berisiko terkena kanker serviks tanpa memandang usia dan gaya hidup. Karenanya, edukasi ini dinilai penting.
Sementara Ketua Panitia Bucekas dan Koordinator FCP/FKUI, Dr. Laila Nuranna, SpOG, menambahkan, pemberian edukasi ini tak lepas dari data yang menunjukkan di Indonesia setiap satu jam seorang perempuan meninggal karena kanker serviks (kanker leher rahim). Di Jakarta sendiri, setiap tiga hari dua orang perempuan meninggal akibat keganasan yang terjadi pada leher rahim.
“Ini akibat lebih dari 70 persen perempuan memeriksakan dirinya saat sudah berada dalam stadium lanjut. Padahal kanker ini sangat dapat dicegah,” katanya.
Lebih lanjut Laila menguraikan, program Bucekas ini menjadi sebuah langkah positif untuk menyadarkkan kaum perempuan bahwa pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Deteksinya dapat dilakukan di puskesmas melalui metode IVA.
“Metode ini terbukti baik, biaya terjangkau, dapat dilakukan di daerah-daerah, dan dapat dilakukan oleh dokter umum, bidan, bahkan perawat terlatih,” tuturnya.Â
Metode IVA ini dengan cara mengoleskan asam asetat atau cuka dapur yang diencerkan (3%-5%) ke leher rahim untuk melihat kondisi serviks. Jika ditemukan kelainan prakanker (IVA positif), dapat langsung ditangani dengan krioterapi (terapi gas dingin.
“Dengan model ini pencegahan kanker serviks dapat dilakukan di tingkat puskesmas,” urai Laila. (inilah.com)