BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Marsudi, pemilik gudang sembako Hudup Jaya di Jalan Jenderal, Pekanbaru dikerumuni oleh pejabat dinas. Pertemuan ini sengaja dilakukan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk melakukan pantauan harga sembako dari agen pendistributor ke pasaran.
Di hadapan Kepala Bank Indonesia (BI) Riau, Kepala Disperindag Provinsi Riau dan Kepala Dinas Pasar dan Disperindag Kota Pekanbaru, Marsudi yang biasa disapa Aseng itu menjelaskan, tentang kenaikan beberapa sembako yang terjadi belakangan ini.
Misalnya, saja untuk harga gula pasir. Kenaikan harga yang terjadi belakangan ini disebabkan kran impor gula ditutup. Gula yang beredar di pasaran saat ini adalah gula lokal. Menurut pengalamannya, kebiasaan seperti ini sering terjadi. Jika gula impor dihentikan, maka para distributor akan meninggikan harga gula lokal.
“Permainan-permainan seperti ini sudah biasa, Pak. Kami sebagai agen juga tidak bisa berbuat banyak. Mau tidak mau kami juga mengikuti harga tersebut,” katanya, Rabu (18/05/2016).
Informasi yang dia terima beberapa hari belakangan ini, selain kran impor gula pasir ditutup, suplai bahan baku gula, seperti tebu di Pulau jawa juga mengalami kekurangan. Akibatnya, tingkat konsumsi dan permintaan masyarakat lebih tinggi dari ketersedian produksi gula.
Parahnya lagi, kondisi seperti ini terjadi pada momentum menjelang bulan Ramadan. Tentunya tingkat permintaan masyarakat jauh lebih tinggi dibanding harga sebelumnya. Saat ini harga gula pasir lokal per karungnya sebesar Rp650 ribu.
“Di tempat kami ketersediaan stok gula pasir makin sedikit. Belum ada yang masuk sampai sekarang,” tambahnya.
Dia menambahkan, sejak lama ketersediaan bahan baku gula pasir lokal memang tidak pernah mampu mencukupi kebutuhan masyarakat. Sebab produksi gula lokal masih terbatas.
Dia juga menduga kuat, ada pihak-pihak tertentu yang ikut “bermain” mencari keuntungan. Sebab, keterbatasan stok gula pasir dalam situasi seperti ini tentu akan memberikan keuntungan yang lebih besar. Karena tingkat pesaing dengan gula impor justru lebih sedikit.
Seperti pengalaman-pengalaman Aceng sebelumnya. Jika stok gula pasir impor sudah berkurang di pasaran, pihak agen mulai menyalurkan gula pasir lokal untuk diedarkan. Jenis komoditi ini akan menguasai pasar sampai pesaing dari gula impor datang. Biasanya paling lama dalam jangka waktu 1 minggu, harga gula pasir lokal kembali turun menyesuaikan harga gula impor dipasaran.
“Kalau tidak begitu, tidak ada yang mau beli. Masyarakat pasti pilih gula dengan harga murah,” ujar Aseng.
Melihat fenomena ini, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau, Muhammad Firdaus mengatakan, untuk sementara ini pihaknya akan mengumpulkan data lapangan terlebih dahulu.
Situasi dan kondisi harga gula di pasaran saat ini tetap akan menjadi bahan evaluasi oleh Tim TPID untuk dibahas kembali. Langkah apa yang akan diambil untuk kembali menstabilkan harga.
“Kami akan menemui distributor gula yang lain. Kami akan minta kejelasan apakah mereka bisa melakukan distribusi gula dalam jumlah besar, untuk kembali menekan harga gula,” katanya.
Penulis: Melba