BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Melihat belum ada progres baik soal Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) di Riau, Pemerintah Provinsi Riau memungkinkan untuk mengajukan penurunan target investasi Riau ke pemerintah pusat.
Kepala Badan Penaman Modan dan Promosi Daerah (BPMPD) Riau, Ismaili Fauzi mengatakan, terjadi penurunan target dari sebelumnya yakni Rp 18,5 triliun menjadi Rp 14 triliun saja.
“Ini masih menyangkut masalah RTRW Riau belum selesai. Tidak ada perusahaan yang mau melakukan investasi di Riau. Sektor yang bisa diandalkan masih bergantung pada nilai investasi lama,” katanya, Jumat (22/01/2016).
Dia menambahkan bahwa Pemerintah Provinsi Riau akan mengusulkan, untuk tahun 2016 ini, target investasi yang mungkin bisa digarap yakni sebesar Rp 14 triliun saja. Namun demikian, jika RTRW sudah rampung, maka juga sangat memungkin untuk investasi d Riau akan melebihi dari target Rp 14 triliun tersebut. ( baca :Â Investasi Riau Belum Dihitung, Ini Perkiraannya)
“Namun demikian tidak menutup kemungkinan, jika pertengahan jalan RTRW Riau selesai, maka angka yang lebih besar akan bisa tercapai. Bahkan bisa menyentuh lebih dari angka 20 triliun rupiah,” sambungnya.
Saat ini saja, di Kota Dumai sendiri tengah menunggu investasi sebesar Rp 26 trilun tidak bisa terealisasi karena tersangkut RTRW. Penetapan target invetasi itu tidak bisa diubah, namun demikian hasil pencapaian positif justru terlihat atas rampungnya RTRW tersebut.
“Tak masalah, target tetap diangka 14 triliun rupiah. Artinya realisasi investasi kita akan melebih target yang sudah ditetapkan untuk tahun 2016 ini,” sambungnya.
Menurut Ismaili, setelah melihat hasil realisasi itu barulah untuk tahun sebelumnya, yakni tahun 2017 target realisasi investasi akan menyesuaikan kembali dengan hasil realisasi sebelumnya. Target investasi KPKM itu akan menjadi dasar pijakan pemerintah pusat untuk menetapkan pajak perusahaan.
Dalam rekap realisasi investasi yang akan dilaporkan BPMPD akan merinci berapa jumlah karyawan hingga ketersediaan dan kelengkapan fasilitas. Dia menyebutkan bahwa penurunan target investasi ini tidak melihat pada wacana pemutusan hubungan kerja atau PHK karyawan di sektor Minyak dan Gas (Migas) di Riau.
“Sebab, untuk sektor selain Migas, jutru mengalami peningkatan. Misalnya saja untuk perusahaan yang bergerak disektor pulp and paper di Riau. Jika mereka melakukan penambahan investasi kisaran 4 triliun saja, maka perusahaan itu akan membutuhkan karyawan yang lebih banyak,” katanya.
Di Riau sendiri, menurut Ismaili yang betul betul merasakan dampak penurunan adalah disektor Migas dan sawit saja. Sementara untuk perusahaan yang bergerak disektor kertas dan kimia masih tetap bertahan. Jikapun ada pengurangan tenaga kerja disektor Migas, akan teap tertutupi dengan kebutuhan karyawan disektor lain. (Melba)