BERTUAHPOS.COM — Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia untuk kontrak pengiriman Maret ditutup di MYR 4.512 per ton, turun 0,38% dibandingkan hari sebelumnya.
Pada perdagangan Kamis, 19 Desember 2024, harganya kembali turun. Ini menjadi level terendah sejak 23 Oktober 2024, atau hampir dua bulan terakhir.
Penurunan ini memperpanjang tren penurunan harga CPO menjadi lima hari berturut-turut, dengan total pelemahan mencapai 8,29% selama periode tersebut.
Dilansir dari Bloomberg Technoz, Sabtu, 21 Desember 2024, sejumlah faktor, turut serta memengaruhi penurunan ini.
Termasuk kebijakan baru pemerintah Indonesia, dan dinamika pasar global.
Salah satu faktor utama yang menekan harga CPO adalah kebijakan pencampuran bahan bakar nabati (B40) di Indonesia.
Mulai 1 Januari 2025, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mencanangkan program biodiesel B40, yaitu pencampuran 40% bahan bakar nabati dengan bahan bakar minyak.
Program ini diperkirakan akan meningkatkan permintaan domestik CPO, sekaligus mengurangi ekspor.
Mengingat Indonesia merupakan produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia, kebijakan ini memiliki dampak signifikan pada dinamika harga global.
Namun, implementasi program B40 diperkirakan berlangsung secara bertahap. Industri membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan ini, sehingga dampaknya tidak akan langsung terasa.
Dinamika di Amerika Serikat juga menjadi tekanan tambahan bagi harga CPO.
Pemerintah AS baru-baru ini menyetujui rencana penjualan bahan bakar minyak dengan campuran etanol lebih besar, yang dikenal sebagai E15.
Campuran etanol berbasis jagung ini diperkirakan akan mengurangi permintaan kedelai sebagai bahan baku.
Hal ini menyebabkan harga minyak kedelai di bursa Dalian, China, turun tajam sebesar 3,48% pada perdagangan kemarin.
Penurunan harga minyak kedelai membuat daya tarik untuk beralih ke CPO berkurang, mengingat keduanya adalah komoditas substitusi.
Secara teknikal, harga CPO saat ini masih berada dalam zona bearish.
Indikator Relative Strength Index (RSI) berada di level 41,9, yang menunjukkan aset masih dalam tekanan jual.
Sementara itu, indikator Stochastic RSI sudah mencapai angka 0, yang mencerminkan kondisi sangat jenuh jual.
Meski demikian, ada peluang harga CPO untuk bangkit. Target resistensi terdekat berada di Moving Average (MA) 10 di MYR 4.705 per ton.
Jika level ini berhasil ditembus, maka target berikutnya adalah MA-20 di MYR 4.859 per ton.
Sebaliknya, jika harga kembali melemah, target support berada di MYR 4.484 per ton. Penembusan level ini berisiko membawa harga turun lebih dalam ke MYR 4.427 per ton.***