BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Tia Juwita masih ingat bagaimana awal mula dia memasarkan produk anyaman rotan yang diproduksi dari para pengrajin di Pekanbaru, ke sosial facebook-nya.
Kini, usahanya berkembang pesat, bahkan sudah diekspor ke beberapa negara.
Ratatia Ratan Handmade, adalah rumah produksi yang fokus pada produk anyaman rotan di Pekanbaru.
Saat ini, Tia yang merupakan Owner Ratatia Ratan Handmade, telah berhasil membuka dua galeri, di kawasan Rumbai dan Sudirman, Pekanbaru, persis di samping Hotel Pangeran.
Produk anyaman rotan, kata Tia, berkonsep natural untuk kebutuhan home decor. Sebagai rumah produksi, Ratatia Ratan Handmade termasuk pemain besar untuk kelas UMKM.
Bisnis ini hadir tak lepas dari rasa cintanya pada produk rotan.
“Dulu, waktu saya masih kecil untuk furniture di rumah orang tua banyak pakai rotan. Sampai saya dewasa, furnitur itu masih tahan, dan saya memang suka dengan rotan,” tuturnya saat wawancara dengan Bertuahpos.com, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, furniture rotan dapat menghadirkan nuansa klasik di rumah, membuatnya menjadi lebih natural tapi elit.
Selain itu, produk dari anyaman rotan dapat disesuaikan dengan model atau tren kekinian. Tidak ketinggalan zaman. “Dari situ saya mulai suka dengan rotan,” tuturnya.
Tahun 2013, Tia punya keinginan besar untuk membuat produk pelengkap dekorasi rumah.
Mulailah survei kecil-kecilan. Di facebook, ada banyak produk dari rotan yang simpel sebagai pelengkap dekorasi rumah. Ia yakin dengan peluang bisnisnya.
Setelah survei, mulailah Tia mencari pengrajin untuk membuat produk rotan sesuai dengan konsep sendiri—untuk menjadi pembeda produk handmade-nya dari produk serupa lain.
“Saya punya desain yang simple,” tuturnya.
Memiliki konsep desain produk rotan yang simpel, ternyata memiliki tantangan sendiri. Awalnya, ada banyak pengrajin rotan menolak pesanannya. “Mereka menganggap saya main-main,” kata Tia.
Sebab, kebiasaan pengrajin rotan di Pekanbaru, biasa menerima pesanan produk seperti kursi, meja dan keranjang berukuran besar.
“Sementara saya kan, request untuk dibuat keranjang kecil,” ceritanya.
Setelah berkeliling ke sana kemari, jumpa-lah ia dengan salah seorang pengrajin yang mau membuatkan pesanannya, walaupun proses produksinya manual dan membutuhkan waktu lama.
Tia mulai memasarkan produk-produk Rattan Handmade ini, dengan sistem pre-order.
“Kami awalnya per order, sebagai UMKM yang baru memulai, dengan modal terbatas saya belum bisa membuka galeri,” tuturnya.
Tia juga tak pernah menyangka, ternyata peminatnya kian meningkat. Pesanan melalui Medsos meningkat, hingga akhirnya Tia memuturkan untuk membuat sebuah galeri pertama di kawasan Rumbai, Pekanbaru pada tahun 2017.
Galerinya diisi dengan berbagai produk handmade dari rotan, seperti; tempat make-up, lemari, laci, tudung saji, vas bunga, kotak tisu, mangkuk, kotak serbaguna, koper, keranjang mini, hingga sofa, keranjang bayi, tempat payung, dan sebagainya.
Kini, brand Ratatia Rattan handmade tidak hanya dikenal di Kota Bertuah, melainkan sudah se-Indonesia. Bahkan Tia juga menerima order dari Malaysia, Singapura, dan Amerika Serikat.
“Produk kami sudah pernah dikirim muali dari Sabang sampai Marauke,” ungkapnya.
“Banyak yang menyangka kalau kami berpoduksi di Jawa, bukan di Pekanbaru,” kata Tia.
Seiring berjalannya waktu, Tia kepikiran untuk memperluas pangsa pasarnya.
Sejauh ini, kata Tia, tak ada kendala yang berarti.
Hanya saja, dia sering kewalahan untuk mencukupi kebutuhan bahan baku rotan di hari-hari besar, karena permintaan cutomer meningkat. “Terutama saat Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru.”
“Kendala lainnya, kami masih terbatas untuk mengekplore pasar digital,” ungkapnya.***