BERTUAHPOS.COM, TELUK KUANTAN – Tokoh Masyarakat Kuantan Singingi (Kuansing), Marwan Yohanis meminta masyarakat berlapang dada dengan ditiadakannya event pacu nasional pacu jalur tahun 2020 ini.
Menurut Marwan, pacu jalur sudah digelar sejak ratusan tahun lalu, sejak zaman Belanda, dan belum pernah sekalipun terputus pelaksanaannya. Karena itu, disebabkan pandemi covid-19, tahun ini pacu jalur ditiadakan.
“Saya berpesan agar masyarakat berlapang dada. Dari 100 tahun, baru sekali ini kita tidak mengadakan pacu jalur,” kata Marwan kepada bertuahpos.com, Rabu 3 Juni 2020.
Dijelaskan Marwan, keputusan meniadakan pacu jalur adalah demi keselamatan masyarakat. Meskipun Kuansing zona hijau dari pandemi covid-19, yang datang menonton dan berdagang berasal dari seluruh Indonesia.
“Dan kita tidak bisa menerapkan protokol kesehatan kepada mereka. Kita tidak akan bisa menyuruh mereka menggunakan masker dan menjaga jarak,” tambah dia.
Marwan mengatakan dirinya tidak ingin ada masyarakat Kuansing yang tertular virus covid-19. Jika pacu jalur dipaksakan diadakan, dengan ratusan ribu penonton, pasti akan ada yang tertular.
Kuansing, tambah Marwan, tidak akan sanggup merawat jika ada masyarakat yang tertular saat iven pacu jalur. Jangan sebut angka ratusan ribu, 300 orang saja yang tertular covid-19, Kuansing tidak akan, akan sanggup kita merawatnya.
“Jadi, kepada masyarakat, biarlah tahun ini kita tak mengadakan pacu jalur dulu. Masih ada waktu yang lain, mungkin saja Desember nanti sudah berakhir pandemi ini, kita laksanakan. Kalau tidak, tahun depan juga masih bisa kita laksanakan,” pungkas dia.
Seperti diketahui, Bupati Kuansing, Mursini membatalkan festival pacu jalur iven nasional di Tepian Narosa Teluk Kuantan.
Menurut Mursini, sangat sulit menerapkan protokol kesehatan di acara pacu jalur. Dengan penonton yang banyak, tidak akan ada protokol jaga jarak.
Dalam rapat Bupati dan Forkompimda dan OPD Kuansing, Mursini menjelaskan bahwa penonton pacu jalur di Teluk Kuantan bisa 2/3 dari penduduk Kuansing. Penduduk Kuansing sendiri tercatat 200 ribu jiwa
“Jadi kalau cagak (meriam tanda pacuan sah dilepas) berbunyi, berdesak-desakan di tribun penonton,” ujar Mursini.
Belum lagi, lanjut Mursini, penonton dari kabupaten sekitarnya, seperti Indragiri Hulu, Kampar, Pelalawan, bahkan hingga provinsi Sumatera Barat.
“Jadi sangat susah menerapkan protokol kesehatan,” kata Mursini. (bpc2)