BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Pemerintah Indonesia dan Malaysia menyepakati kerjasama untuk membuka akses transportasi jalur laut. Itu untuk menghubungkan Riau dan Malaysia dengan kapal penyeberangan Roll on Roll off (RoRo) Dumai-Malaka yang diperkirakan efektif operasionalnya pada akhir 2019.
Sementara itu BNN Provinsi Riau mencatat masuk narkotika di Riau banyak melalui jalur laut dimana barang haram itu juga berasal dari Malaysia. Lantas dengan dibukanya RoRo Dumai-Malaka apakah akan semakin terbuka lebar masuknya narkotika di Riau?
Kepala BNN Provinsi Riau, Brigjen Untung Subagyo menanggapi memang di satu sisi antar negara punya kepentingan untuk hubungan perekonomian. Apalagi secara geografis posisi Riau sangat strategis untuk dibukanya akses melalui jalur laut dengan kapal penyeberangan RoRo Dumai-Malaka.
Baca :Â Tak Hanya Daerah Transit, Pekanbaru Kini Termasuk Wilayah Pemasaran Narkoba Terbanyak
“Namun di sisi lain tidak menutup kemungkinan bahwa peredaran narkotika juga dimanfaatkan dengan jalur ini (RoRo Dumai-Malaka). Sifatnya, bisa saja narkotika ditumpangi oleh kelompok tertentu untuk membawa barang-barang itu ke Riau,” ujarnya, Jumat, 26 April 2019.Â
Sementara ini upaya yang bisa dilakukan oleh pihak BNNP Riau tidak lain hanya sebatas patroli dengan melibatkan berbagai pihak, seperti TNI AL dan Bea dan Cukai.Â
Untung menyebut, patroli bersama itu sebenarnya sudah berjalan namun diyakini harus dilakukan lebih masf lagi saat RoRo Dumai-Malaka dibuka. “Iya, kita langkah preventif lah terhadap peredaran narkoba di jalur laut,” ujarnya.Â
Sekedar informasi saja, dalam catatan BNN, saat ini Riau masuk dalam daftar 5 daerah darurat peredaran narkoba. Posisi Riau berada di bawah Sumut, DKI, Jatim, dan Sulawesi Utara. (bpc3)