BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Kesombongan Belanda menarik cukai dan memaksa rakyat Siak menjual hasil buminya kepada Belanda membuat Sultan Tengku Buang Asmara berang. Dia kemudian mengirimkan utusan kepada Belanda. Dialah Laksamana Raja Dilaut I, yang masih saudara Tengku Buang Asmara.
Kedatangan Laksamana Raja Dilaut I ke loji Belanda adalah untuk menyampaikan sikap Kerajaan Siak terhadap aksi sepihak Belanda. Namun, pertemuan Laksamana Raja Dilaut I dan Belanda sama sekali tidak menghasilkan kesepakatan. Akibatnya, ketegangan antara Kerajaan Siak dan Belanda semakin meningkat.
“Nah, kemudian Tengku Buang Asmara mengirimkan lagi utusannya. Ada 2 orang utusannya kali ini, yaitu Raja Indra Pahlawan dan Laksamana Muhammad Ali,” jelas Sejarawan Riau, Suwardi MS kepada bertuahpos.com.
Baca:Â Perang Guntung, Kegemilangan Sultan Siak Mengalahkan Belanda (Bagian 1)
Namun, dalam perundingan yang kedua kalinya ini, tetap tidak ada kesepakatan antara 2 belah pihak. Belanda mengajukan 3 syarat jika Kerajaan Siak ingin berdamai, yaitu tetap memungut bea cukai kepada kapal-kapal yang lewat di loji Pulau Guntung. Kedua, rakyat Siak harus menjual hasil bumi kepada Belanda, dengan harga yang ditetapkan Belanda. Sebagai imbalannya, Belanda bersedia memberikan pakaian kepada Siak.
“Itu aneh. Tentu saja Sultan menolak syarat itu. Melalui Laksaman Muhammad Ali, Siak mengajukan syarat bahwa Belanda tidak boleh lagi memungut cukai kepada kapal yang lewat di loji Pulau Guntung. Jika Belanda ingin berdagang, harus dengan harga yang sesuai dan atas dasar suka sama suka, tidak ada pemaksaan,” tambah Suwardi.
Akhirnya, tidak ada kata sepakat. Ketegangan terus semakin meningkat, Kerajaan Siak dan Belanda diambang perang. (bpc2)