BERTUAHPOS — Di tengah panasnya terik matahari Kota Pekanbaru, tak ada yang lebih menyegarkan selain menikmati segelas es Doger. Minuman tradisional asal Jawa Barat ini kini kembali naik daun dan menjadi favorit banyak warga sebagai pelepas dahaga sekaligus camilan yang mengenyangkan.
Minuman ini memiliki sejarah panjang sebagai bagian dari kekayaan kuliner nusantara. Namanya merupakan singkatan dari “Dorong Gerobak,” — yang merujuk pada cara para penjual zaman dahulu menjajakan minuman ini dengan gerobak keliling kampung. Aroma nostalgia dari masa lalu masih terasa lewat rasa khasnya es Doger yang autentik sebagai salah satu khasanah kuliner Indonesia.
Ciri khas es Doger terletak pada perpaduan bahan-bahannya yang sederhana namun kaya rasa. Es serut yang disiram santan gurih dan sirup merah manis menjadi dasar minuman ini. Tambahan tape ketan hitam, potongan roti tawar, dan susu kental manis menjadikannya bukan sekadar pelepas dahaga, melainkan juga pengganjal perut di tengah hari yang panas.
Bertuahpos berbincang dengan Nabil, salah seorang penjual es Doger di Jalan Sepakat, Kelurahan Mentangor, Kota Pekanbaru. Menurutnya, saat siang hari, gerobaknya boleh dikatakan tak pernah sepi pembeli. “Kalau siang begini, banyak orang berhenti beli es Doger. Harganya cuma Rp7.000-an, tapi rasanya enak dan mengenyangkan,” ujar Nabil, Rabu 7 Mei 2025.
Keunikan kuliner ini bukan hanya terletak pada rasanya, tapi juga pada tampilannya yang menggoda. Warna merah muda dari sirup berpadu dengan putih santan dan aneka warna dari tape serta roti menciptakan tampilan yang menarik, menggugah selera siapa saja yang melihat.
Riswan Laia, hampir setiap hari membeli es Doger untuk dinikmati di rumah sambil bersantai. Baginya, minuman yang satu ini “Seperti penyelamat saat cuaca panas di Pekanbaru. Selain segar, juga bikin kenyang, karena ada campuran roti dan ketan.”
Fenomena ini menunjukkan bahwa minuman tradisional tak kalah pamor dibanding minuman kekinian. Ternyata, cita rasa lokal bisa diterima lintas generasi dan wilayah, dari Cirebon, Pekanbaru hingga ke berbagai daerah lain di Indonesia.***
— Habibie