BERTUAHPOS.COM — Pada 26 Desember 2014 lalu. Para mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa di Kota Iguala, sebuah negara di bagian Guerrero, Meksiko.
Saat aksi itu selesai merekapun kembali pulang ke tempat latihan mereka di Ayotzinapa.
Di tengah jalan, bus yang mereka naiki dihujani peluru oleh sekelompok orang yang diduga adalah gerombolan polisi.
Belakangan, pihak berwenang di kepolisian mengakui bahwa penembakan itu memang benar adanya. Alasannya karena bus itu dibajak oleh sekelompok mahasiswa.
Namun sejumlah mahasiswa yang selamat dari peristiwa itu berkata, sopir bus sepakat memberi mereka tumpangan. Sebanyak 43 mahasiswa hilang setelah kejadian itu.
Kejadiannya memang sesingkat itu. Beberapa pakar forensik menemukan jenazah seorang mahasiswa yang hilang pada tahun 2014 di negara bagian Guerrero, Meksiko.
Kepastian penemuan jenazah itu dikonfirmasi kantor Kejaksaan Agung Meksiko. Dari puluhan mahasiswa yang hilang itu, Rodriguez adalah korban kedua yang dinyatakan meninggal dunia.
Hilangnya 43 mahasiswa Meksiko itu memicu gelombang unjuk rasa menentang impunitas terhadap kelompok kriminal terorganisasi. Pemerintah setempat juga dituding terlibat dalam peristiwa tersebut.
Tak lama usai 43 mahasiswa itu hilang, pemerintah Meksiko menyatakan bahwa mereka dibunuh geng kriminal bernama Guerreros Unidos.
Laporan resmi otoritas lokal menyebut gerombolan bersenjata itu mengira para mahasiswa tersebut adalah anggota geng musuh mereka.
Namun merujuk hasil beberapa investigasi independen, klaim pemerintah Meksiko itu diragukan. Penyebab utama hilangnya puluhan mahasiswa itu pun menjadi tanda tanya besar.
Laporan penyelidikan pemerintah terbit pada era pemerintahan Presiden Enrique Pena Nieto.
Dokumen itu menyebut, para mahasiswa itu ditangkap personel kepolisian, lalu diserahkan kepada geng Guerreros Unidos.
Tim investigator menyimpulkan, kelompok kriminal itulah yang membunuh para mahasiswa. Jenazah mereka disebut dibakar di tempat pembuangan sampah. Abu jenazah mereka lantas dibuang di aliran sungai.
Omar Gomez, pimpinan di unit khusus di Kejaksaan Agung, ditugasi mengkoordinasikan penyelidikan baru.
Dia berkata, timnya menemukan pecahan tulang, November 2019, di jurang dekat Cocula, sekitar 800 meter dari tempat pembuangan sampah.
Temuan itu dikirim ke Universitas Innsbruck, Austria, untuk analisis mendalam. Ahli forensik di universitas itu menyimpulkan, tulang-tulang itu cocok dengan DNA Christian Alfonso Rodriguez.
Gomez berkata, tidak ada bukti sisa pembakaran di lokasi pecahan tulang ditemukan. Ini bertentangan dengan laporan sebelumnya, bahwa jenazah para mahasiswa itu dibakar.
“Fragmen tulang tidak ditemukan di tempat pembuangan sampah Cocula atau di Sungai San Juan, seperti dinyatakan laporan pemerintahan sebelumnya,” kata Gomez. Menurut Gomez, laporan investigasi awal terbukti keliru.
(bpc2/BBC News Indonesia)