BERTUAHPOS.COM – Jepang telah menjadi pusat perhatian global karena menurunnya angka kelahiran yang semakin merosot setiap tahunnya. Perhatian terhadap masalah ini semakin meningkat setelah CEO Tesla Elon Musk, secara terang-terangan menyatakan bahwa Jepang berisiko menghilang dari muka Bumi jika tidak ada perubahan.
“Jepang akan hilang jika tak ada perubahan,” ujarnya dalam cuitannya di platform X pada, 4 Maret 2024. Tweet ini mencuri perhatian publik dengan lebih dari 64 juta penayangan. Elon Musk merespons sebuah akun yang melaporkan bahwa tingkat kelahiran di Jepang telah mencapai rekor terendah.
Menurut laporan The Guardian, angka kelahiran di Jepang tahun lalu mengalami penurunan drastis setelah delapan tahun berturut-turut mengalami penurunan. Pemerintah Jepang mengakui bahwa perlu ada upaya serius dalam enam tahun ke depan untuk mengatasi krisis populasi yang sedang terjadi.
Pada tahun 2023, Jepang mencatatkan 758.631 kelahiran, mengalami penurunan sebesar 5,1% dibandingkan tahun sebelumnya, menurut data Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Jepang. Angka ini menjadi yang terendah sejak dimulainya pencatatan kelahiran pada tahun 1899.
Tidak hanya angka kelahiran, tetapi angka pernikahan juga mengalami penurunan sebesar 5,9% pada tahun 2023, mencapai 489.281 pasangan. Kurangnya minat untuk menikah di kalangan masyarakat Jepang diyakini sebagai salah satu faktor utama penurunan angka kelahiran secara eksponensial.
Survei menunjukkan bahwa rendahnya minat untuk menikah di Jepang disebabkan oleh prospek pekerjaan yang lesu, biaya hidup yang tinggi, dan dinamika kerja yang tidak proporsional dengan gaji yang diterima. Budaya kerja yang intens di Jepang membuat masyarakat merasa sulit untuk menjalani karier sekaligus membentuk keluarga dan menjadi orang tua.
Dengan populasi Jepang saat ini mencapai 125 juta orang, diperkirakan bahwa jika tren penurunan kelahiran berlanjut, jumlah penduduknya dapat menyusut menjadi 87 juta pada tahun 2070. Peringatan serius ini menjadi panggilan untuk tindakan yang mendesak guna menghadapi krisis populasi yang semakin nyata di Jepang.***