Covid-19 Varian XEC Terdeteksi di Jerman, Penyebarannya Jauh Lebih Cepat

Hingga saat ini, lebih dari 600 kasus telah terdeteksi di 27 negara, termasuk di Amerika Utara dan Asia.

Covid-19 Varian XEC Terdeteksi di Jerman, Penyebarannya Jauh Lebih Cepat

Covid-19 varian XEC, dilaporkan muncul di Jerman pada Juni 2024. Varian ini disebut memiliki kemampuan penyebaran yang lebih cepat, bahkan bisa menjadi paling dominan dalam beberapa bulan ke depan.

Selain di Jerman, beberapa negara Eropa lainnya juga mengalami peningkatan kasus varian XEC dengan laju yang cukup signifikan.

Hingga saat ini, lebih dari 600 kasus telah terdeteksi di 27 negara, termasuk di Amerika Utara dan Asia.

Negara-negara dengan jumlah kasus varian XEC tertinggi hingga September merepresentasikan negara-negara dengan kemampuan deteksi surveilans yang lebih canggih dibandingkan Indonesia.

“Tentu mereka adalah negara-negara maju,” ungkap Epidemiolog Dicky Budiman.

Menurut data, distribusi Covid-19 varian XEC tertinggi terjadi di Amerika Serikat sebanyak 118 kasus. Lalu di Jerman ada 92 kasus.

Sedangkan di Inggris terdapat 82 kasus, Kanada 77 kasus dan Denmark 61 kasus.

Dicky menambahkan, meskipun negara-negara tersebut memiliki sistem deteksi surveilans yang maju, jumlah kasus yang dilaporkan belum merepresentasikan kondisi sebenarnya.

“Kasus yang teridentifikasi mungkin tidak menunjukkan gejala, dan tentu jumlahnya lebih banyak di masyarakat,” ujarnya.

Saat ini, varian Covid-19 yang masih mendominasi di Eropa dan Amerika Utara adalah varian KP.3.1.1, sementara di Asia, varian yang mendominasi adalah KP.3.3.

Dicky juga mengungkapkan bahwa meskipun varian XEC masih merupakan minoritas, prevalensi tertingginya ditemukan di Jerman, dengan 13% dari total urutan genetik yang diidentifikasi berasal dari varian ini.

Ia memprediksi bahwa dalam waktu 2-3 bulan ke depan, varian XEC berpotensi menjadi lebih dominan. 

“Mutasi yang terdapat pada XEC, khususnya T.22N yang berkombinasi dengan mutasi Q493E dari KP.3.3, membuat virus lebih mudah menempel pada sel manusia,” jelasnya.

Menurut Dicky, mutasi T.22N pada varian ini memang jarang terjadi, namun kombinasi mutasi tersebut memungkinkan virus lebih mudah menginfeksi dan bereplikasi di dalam tubuh manusia.

“Sejauh ini, efek mutasi T.22N masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi potensi penyebarannya lebih tinggi dibandingkan varian lainnya,” tuturnya.***

Exit mobile version