BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Septicaemia Epizootica (SE) atau penyakit sapi ngorok hingga kini sulit diputus rantai penularannya.
Menurut Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Faralinda Sari, salah satu penyebab mengapa rantai penularan penyakit sapi ngorok sulit untuk dihentikan, karena ada keengganan dari para peternak untuk melaporkan jika sapi mereka mengidap penyakit itu.
“Para peternak cenderung lebih memilih untuk menjual sapi berpenyakit ke peternak lain. Hal ini tentu akan sangat merugikan peternak lain karena penyakit sapi ngorok akan menular. Akibatnya peternak lain yang dirugikan,” tuturnya.
Padahal, kata dia, jika hewan ternak mengidap penyakit sapi ngorok yang belum terlalu parah, tetap bisa disembuhkan. Potensi hewan ternak untuk sembuh dari penyakit itu juga sangat besar.
“Kalau belum parah, ternaknya masih bisa diobati. Dan kemungkinan sembuhnya masih cukup besar,” ujarnya.
Sejauh ini, kata dia, para peternak di Riau cenderung enggan melaporkan kondisi hewan ternak mereka kepada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan jika mengidap penyakit tersebut. Karena mereka takut sapi-sapi itu tak laku di jual.
Padahal, jika jual beli ternak terus dilakukan di tengah kondisi ternak terpapar SE akan merugikan peternak lain. “Karena itu hendaknya laporkan saja, agar penyebaran penyakit SE ini dapat dihentikan,” imbaunya.
Kasus terbaru penyakit sapi ngorok terjadi di daerah Sungai Pagar, Kampar, Riau. Sapi ini diduga terjangkit SE dari yang ditularkan oleh sapi-sapi sebelumnya. Dugaan sementara polanya sama, peternak menjual sapi berpenyakit ke peternak lain sehingga penularannya terus terjadi.
“Laporan yang kami terima ada dua ternak yang mati karena penyakit SE, namun yang terpapar kemungkinan lebih dari itu,” katanya.***