BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU —Pemerintah Iran terus-terusan berada dalam tekanan. Hal itu dapat dilihat dari beragam sanksi internasional yang ditujukan kepada negara itu. Sebab itu, Iran mengancam akan membuat senjata rudal, jika pressuare itu tak kunjung mereda.
Pernyataan itu disampaikan oleh Menteri Intelijen Iran, Mahmoud Alavi. Sikapnya bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah Iran selama ini.
Sebab Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, menerbitkan fatwa pada 1990-an yang mengharamkan senjata nuklir. Selama ini Iran mengatakan program energi nuklir mereka digunakan untuk kepentingan damai, yakni untuk pembangkit listrik.
“Program nuklir kami bertujuan damai dan fatwa dari pemimpin tertinggi sudah melarang senjata nuklir, tetapi jika mereka terus menekan Iran ke arah sana, maka itu bukan salah Iran, tetapi salah mereka,” kata Alavi dalam sebuah wawancara, seperti dikutip Associated Press, Kamis, 11 Februari 2021.
Akan tetapi, Alavi mengatakan sampai saat ini Iran belum berencana membuat atau mengembangkan senjata nuklir. Khamenei pada akhir pekan lalu mendesak supaya Amerika Serikat segera mencabut seluruh sanksi ekonomi terhadap Iran, sebelum melanjutkan perundingan nuklir. Namun, Presiden AS, Joe Biden, menolak usulan itu.
Mengutip CNNIndonesia.com, AS menarik diri dari perjanjian nuklir (JCPOA) pada era pemerintahan Presiden Donald Trump. Dia mengatakan alasan yang mendasari keputusan itu adalah Iran masih mengembangkan persenjataan rudal dan terlibat dalam sejumlah konflik di Timur Tengah, yakni Suriah dan Yaman.
Pemerintahan Trump lantas menjatuhkan serangkaian sanksi terhadap para pejabat, pengusaha hingga perusahaan Iran. Murka dengan keputusan Trump, Iran lantas meningkatkan pengayaan uranium hingga 20 persen. Bahkan mereka kini mulai menjajaki produksi logam uranium.
Israel menuduh program nuklir untuk pembangkit energi hanya kedok Iran untuk menutupi upaya pembuatan senjata nuklir. Bahkan Israel mengancam akan menyerang Iran jika pemerintahan AS yang saat ini dipimpin Presiden Joe Biden tidak bersikap tegas terkait program nuklir itu. (bpc2)