BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Walau tidak seperti Surabaya, Bandung, dan Jakarta, Pekanbaru penuh lika-liku. Prof Soewardi, sejarawan Riau asal Universitas Riau, mengatakan Pekanbaru pernah menjadi pusat pertahanan militer angkatan darat Jepang.
“Menjadi pusat perlawanan dan pertahanan Jepang melawan sekutu di tahun 1942, sekaligus bahagian pertahanan darat Jepang di Sumatera, sementara Bukittinggi pusatnya,” kata Prof Soewardi di kediamannya satu petang di medio Agustus 2020 lalu.
“Jepang kemudian membuat rel kereta api untuk mengangkut batubara dari Sawahlunto, Sijunjung, Sumbar mulai tahun 1942. Setahun kemudian tahun 1943 sudah beroperasi. Pelabuhannya di dermaga sungai Pelita Pantai sebelah hilir,” jelas penulis buku Sejarah Rakyat Riau ini.
Soewardi juga menjalaskan kalau terminal kereta api itu melansir atau manaik turunkan penumpang di hotel Furaya sekarang.
“Menurut buku otobiografi Syafii Abdullah, beliau langsung sebagai penjaga kerja paksa di Logas, menyebutkan kalau Logas (Kuansing) sebagai tempat Romusya terparah, di daerah Logas Tangko,” ulas sejarawan asal Kuansing ini.
Monumen Pahlawan Kerja, Perantau Jawa, dan Harta Karun Logas.
Di masa Gubernur Subrantas lah dibangun monumen Pahlawan Kerja Simpangtiga.
“Pekerja Romusha juga membuat lapangan terbang Simpangtiga. Dan pekerja Romusha banyak didatangkan dari Jawa. Ini bukti kenapa di daerah Simpangtiga banyak penduduk asal Jawa,” katanya.
“Di jalan Tanju g Rhu ada lokomotifnya, sementara rel-relnya sudah di kilo orang tak bertanggung jawab. Sedang Lokomatif asli yang masih utuh di daerah Lipatkain,” ulas professor yang menjadi pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) wilayah Riau tahun 1975 ini.
Kata dia lagi, Pekanbaru asalnya di daerah Senapelan bekas kerajaan Siak. Setelah pendudukan Jepang, dipindahkan ke atas di Pasar Tengah, di belakang rumah Walikota Pekanbaru kini.
“Di situlah Jepang membuat bangunan yang dihormatinya, padahal di dalam tanah tersimpan emas Logas. Untuk menyamarkan, dibuatlah tugu berbahasa Jepang,”
“Karena Proklamasi kemerdekaan, sementara Pekanbaru berkedudukan komandan militer Jepang atau syu cho kang, tugu berbahasa Jepang diganti tugu Proklamasi, Riau pun menjadi Pusat Resimen 4 pertahanan militer Indonesia. Pimpinan Letkol Hasan Basri Lilit. Anggotanya Arifin Ahmad,” sebut lelaki yang berketurunan akademisi ini. (bpc5)