BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Puncak Gunung Everest adalah zona kematian [dead zone]. Tapi ada banyak orang yang menginginkannya.
Di puncak ini oksigen sangat sedikit. Para pendaki harus mempersiapkan tabung oksigen masing-masing, dan ini menjadi salah satu syarat wajib.
Tanpa bantuan oksigen buatan, mendaki ke puncak gunung ini sama saja seperti mengantarkan nyawa.
Pendakian ke puncak Gunung Everest berarti mendaki dengan ketinggian 29.029 kaki atau 8.848 meter di atas permukaan laut.
Tubuh yang kekurangan oksigen akan berakibat pada kematian sel. Inilah yang menjadi pemicu kematian seseorang di puncak Everest.
Dia area menjelang puncak, sering kali terjadi antrean bahkan hingga lebih dari 100 pendaki. Menurut laporan CNN, hal ini juga bagian pentinga dalam menyumbang kematian di Everest.
Laporan yang sama menyatakan, antrean tersebut menyumbang rekor kematian korban jiwa hingga 11 orang pada tahun ini.
Para pendaki veteran menyebut pelbagai penyebab kemacetan [antrean] berpotensi akan menyebabkan terjadinya korban jiwa.
Terutama pendaki pemula dengan operator komersil yang tidak berpengalaman, termasuk pemerintah Nepal yang kekurangan uang
“Sehingga membiarkan terlalu banyak orang naik ke Gunung Everest,” ujarnya.
Itu sebab saat ini Nepal tengah memperketat standar pendakian demi keselamatan para pendaki.
Hanya sedikit orang yang diizinkan naik gunung, pendaki kurang berpengalaman juga langsung ditolak.
Namun begitu, tanggung jawab juga dibebankan pada pendaki sendiri. Mendaki Everest barangkali jadi impian banyak orang, tapi tidak semua mimpi harus terwujud.
Bagaimanapun, setiap pendaki Everest harus dipandu oleh sherpa berpengalaman. Sherpa adalah warga lokal yang menjadi pemandu pendakian di Gunung Everest. (bpc2)