Menjadikan Pulau Rupat Utara Sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional adalah langkah tepat. Di tengah keterbatasannya, pulau ini tetap memancarkan daya pikat yang kuat. Itulah mengapa sikap optimisme bersama perlu dibangun.
Pulau Rupat Utara, punya wisata bahari yang eksotis. Pulau ini masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Bengkalis. Tak cuma menyuguhkan pemandangan laut memesona, hamparan luasnya pantai pasir, hingga flora dan fauna yang unik, di pulau ini juga terdapat beragam atraksi budaya menarik untuk menambah khazanah pengetahuan soal sejarah, adat, budaya hingga peninggalan – peninggalan leluhur orang Melayu Pesisir, di Riau.
Berada pada bagian terluar dari provinsi dan berbatasan langsung dengan Malaysia, Pulau Rupat Utara bak surga dengan daya pikat kuat untuk mendatangkan wisatawan, tak hanya lokal, bahkan wisatawan mancanegara.
Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2022, Pulau ini memiliki luas wilayah 378,68 kilometer per segi, terdiri dari 8 desa, dan dihuni oleh 16.572 jiwa—74% di antaranya adalah usia produktif. Secara geografis dan demografis, tak salah kalau pulau ini dijadikan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)—sejak tahun 2011 lalu.
Dari Kota Pekanbaru, setidaknya membutuhkan waktu 7-8 jam untuk sampai ke titik-titik destinasi wisatanya. Jika menggunakan kendaraan darat, wisatawan harus menempuh perjalanan sekitar 2-3 jam untuk tiba di pelabuhan Roro Dumai, lalu dilanjutkan dengan jalur laut menggunakan kapal Roro—menghabiskan waktu sekitar 1-2 jam untuk merapat ke pelabuhan di Pulau Rupat.
Kemudian, perjalanan kembali dilanjutkan dengan jarak tempuh sekitar 2 setengah jam dengan kendaraan roda empat—estimasi waktu ini di luar kendala-kendala yang mungkin akan dialami wisatawan dalam perjalanan.
Ada puluhan atraksi wisata disuguhkan pulau ini untuk para wisatawan yang datang. Atraksi wisata itu dibagi dalam 3 kelompok, yakni wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan.
Untuk wisata alam, Pulau Rupat Utara punya Pantai Pesona, Pantai Tanjung Lapin, Pantai Ketapang, Pantai Makeruh, Pantai Pasir Putih, Pulau Beting Aceh, Hutan Mangrove yang luas, sebagai tempat migrasi burung langka, hingga potensi penangkaran penyu.
Sedangkan untuk wisata budaya, pulau ini punya daya tarik tersendiri, terutama untuk atraksi Tari Zapin Api, lalu ada Kampung Budaya Suku Akit Ratas, Kampung Nelayan Tanjung Jaya, Kampung Wisata Suku Akit, Ziarah Kubur Putri Sembilan, Klenteng Vidya Sagara, Klenteng Cin Bu Kiong, Klenteng Cin Hong Keng, dan Tarian Mak Yong.
Belum cukup sampai di sini, pulau yang berbatasan dengan Selat Malaka itu juga memiliki sejumlah destinasi wisata buatan yang terbukti berhasil membius para wisatawan, seperti Festival Pantai Rupat, Festival Mandi Safar, dan international motocross—dengan rute Ketapang-Lelong-Lohong-Makeruh.
“Apa yang kawan-kawan lihat di Pulau Rupat Utara sudah jauh lebih baik dari dulunya. Meskipun harus kita akui bahwa masih perlu tambahan fasilitas pendukung,” kata akademisi Universitas Riau—yang fokus mengkaji tentang pariwisata Riau—Ahmad Nawawi, dalam Capacity Building yang digelar Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Riau bersama Wartawan, pada Kamis, 28 Juli 2022 di Pulau Rupat Utara.
“Sejauh ini, di sini punya 12 penginapan, ada 3 guest house dan 22 homestay. Rumah makan baru ada 10 buah yang hanya beroperasi pada siang hari. Kondisi jalan sebagian sudah pengerasan beton, sebagian masih sertu. Di sini juga sudah tersedia kapal wisatanya. Kira-kira begitulah gambaran kondisi di tempat ini,” tambahnya.
Kepala UPT Pengelola Wisata Pulau Rupat Utara Nora mengungkapkan, sejauh ini wisata bahari masih menjadi destinasi wisata unggulan yang banyak diminati oleh para turis. Terutama di Pantai Tanjung Lapin, Pantai Pesona, dan Pantai Ketapang, terlebih Pulau Beting Aceh.
“Sejauh ini yang bisa dinikmati oleh wisatawan, ya suasana alam dan pantai. Sementara untuk mengolah atau mengembangkan potensi-potensi lainnya, masyarakat di sini masih membutuhkan banyak pembinaan,” tuturnya kepada Bertuahpos.com, Kamis, 28 Juli 2022 di Pulau Beting Aceh.
Dia menambahkan, khusus di Pulau Beting Aceh memang masih tergolong sangat alami. Pulau ini belum dapat fasilitas pendukung lain, terutama untuk wahana permainan air. Adapun para investor, untuk sementara ini terkonsentrasi pada pengembangan bisnis penginapan, terutama di kawasan Pantai Tanjung Lapin.
Pulau Beting Aceh, dan beberapa tempat wisata lain di Pulau Rupat Utara biasanya ramai dikunjungi saat akhir pekan, libur sekolah, momentum pergantian tahun, libur lebaran, termasuk di momentum event-event tertentu, antara lain saat Festival Mandi Safar atau Festival Pantai Rupat.
“Kalau momen-momen itu, ramai pengunjung. Bahkan kadang bisa mencapai 3-4 ribu pengunjung. Hotel-hotel dan homestay semuanya penuh, terisi,” tambahnya.
Kendala lain, UPT Pengelola Wisata Pulau Rupat Utara terbatas sumber daya manusia. Sejauh ini mereka cuma punya 10 orang tenaga honorer, dan tidak didukung dengan fasilitas memadai. Dengan keterbatasan itu, mobilitas mereka ke Pulau Beting Aceh jadi terbatas, sehingga memerlukan dana operasional cukup besar.
“Anggaran operasional kita tidak punya, speedboat atau alat transportasi lain kita tidak punya. Jadi kalau mau ke sini (Pulau Beting Aceh) memerlukan dana yang besar. Jadi sekarang fokus kegiatan kami cuma di Pantai Tanjung Lapin,” ucapnya.
Perlu Dukungan Infrastruktur
Pengembangan destinasi wisata di Pulau Rupat Utara sejauh ini masih perlu didukung dengan infrastruktur yang memadai, terutama dari sisi akses jalan dan fasilitas penyeberangan.
Kondisi ini dianggap sebagai ‘masalah’ utama mengapa destinasi wisata di Pulau Rupat sulit berkembang hingga kini. Jalan yang dijadikan sebagai akses utama menuju ke lokasi wisata, didominasi tanah pasir dan batu (Sertu), bergelombang. Hanya beberapa titik sudah beton, itu pun terputus-putus.
“Kendala yang paling utama itu akses ya, seperti jalan menuju ke sini. Kemudian pada fasilitas penyeberangannya,” kata Ketua Kelompok Sadar Wisata Pantai Tanjung Lapin, Sadikin, kepada Bertuahpos.com, Rabu malam, 27 Juli 2022, di Pulau Rupat Utara, Bengkalis, Riau.
“Sedangkan untuk fasilitas penyeberangan, memang belum ada yang bisa menjamin langsung sampai ke sini. Sejauh ini masih lewat pelabuhan utama. Lalu, wisatawan harus menempuh perjalanan darat yang panjang dan melelahkan,” sambungnya.
Sadikin mengungkapkan, masalah akses membuat para wisatawan yang pernah berkunjung, penuh pertimbangan untuk kembali ke sini. Padahal Pulau Rupat Utara sudah dibuka sebagai destinasi wisata sejak 32 tahun yang lalu (mulai dibuka tahun 1989).
Pembangunan dan perbaikan jalan sebagai akses utama ke tempat-tempat wisata di pulau ini, dilakukan berangsur-angsur. Hal ini tampak dari beberapa bagian jalan yang sudah dibeton, sebagian lainnya masih Sertu.
“Soal akses jalan yang sulit ini sudah pernah kami sampaikan ke Pemkab Bengkalis dan Pemprov Riau. Hampir semua wisatawan yang datang ke sini pasti komplen soal kondisi jalannya,” tuturnya.
Menurut Sadikin, setidaknya ada 4 hal yang perlu digesa dalam upaya percepatan pengembangan destinasi wisata di Pulau Rupat Utara. Pertama, tentu soal akses menuju ke pulau ini. Kedua, yang sering juga sering dikeluhkan wisatawan, yakni soal kuliner.
“Tak usah kita bicara soal apa kuliner khas di sini, tersedianya tempat makan yang memadai saja itu sudah bagus. Wisatawan banyak mengeluh mereka susah cari makan ternama di malam hari. Rumah makan di sini tak banyak, itu pun cuma buka sampai sore,” tambahnya.
Ketiga, soal mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Jika para wisatawan kekurangan uang kes, maka mereka tak bisa melakukan transaksi apapun. Sedangkan untuk akses transaksi secara digital juga belum didukung dengan fasilitas dan infrastruktur yang memadai.
“Mesin ATM baru ada, listrik baru setahun lebih menyala 24 jam. Sedangkan membawa uang tunai dalam jumlah banyak akan sangat riskan dari sisi keamanan,” tambahnya.
Keempat, minimnya ketersediaan bahan bakar untuk kendaraan. Sepanjang perjalanan dari pelabuhan Roro ke Pantai Tanjung Lapin, misalnya, pom bensin hanya ada satu, itupun masih dalam tahap pembangunan.
“Hal-hal ini lah yang paling banyak dikeluhkan para wisatawan kalau mereka berkunjung ke sini,” tambah Sadikin.
“Kami sudah sampaikan semua persoalan ini ke pemerintah, bahkan ke Pemprov Riau. Kalau ada pertemuan-pertemuan selalu kendala-kendala ini yang kami sampaikan. Tapi hingga kini, kondisinya ya seperti ini lah.”
Meski dihadapkan dengan seabrek persoalan di atas, Pulau Rupat Utara bak magnet yang punya daya tarik tersendiri. Hal itu dibuktikan dengan tingginya jumlah kunjungan wisatawan ke tempat ini.
“Apalagi kalau ada event-event skala besar diselenggarakan di sini. Tingkat kunjungan wisatawan setiap tahun di sini, trennya naik,” tuturnya.
Selain menggantungkan ekonomi pada perkebunan kelapa sawit, karet dan nelayan, masyarakat tempatan di pulau ini sadar betul, bahwa potensi pariwisata yang tersedia mampu menjadi penopang ekonomi alternatif mereka.
“Jadi Pulau Rupat Utara ini dibuka untuk pariwisata sudah sejak tahun 1989. Waktu itu dimulai dengan kegiatan wisata budaya Mandi Safar. Biaya semuanya swadaya masyarakat. Bahkan sampai sekarang. Itulah buktinya kalau warga di sini sangat sadar dengan pariwisata,” kata Sadikin.
Menanggapi hal ini, Pelaksana Pengelola Destinasi Disparbudpora Kabupaten Bengkalis, Sri Handayani, S.St mengakui bahwa akses ke tempat wisata masih perlu sentuhan pembangunan, sehingga menjadi lebih layak. Walau begitu, sejumlah upaya tetap dilakukan. Terutama soal perbaikan infrastruktur maupun penambahan fasilitas penunjang kepariwisataan.
“Sekarang semuanya lagi berproses. Insya Allah ke depan akan ada perbaikan-perbaikan, terutama dari sisi infrastruktur, sarana penunjang di tempat wisata dan hal-hal lain yang dibutuhkan,” katanya.
Dia mengungkapkan, salah satu kendala dihadapi saat ini, yakni panjangnya proses birokrasi yang harus ditempuh. Adapun prioritas dukungan anggaran yang dibutuhkan untuk menambah, serta perbaikan infrastruktur penunjang pariwisata di Pulau Rupat, khususnya di destinasi wisata yang minim fasilitas transportasinya.
“Termasuk untuk fasilitas operasional ke tempat wisatanya, seperti ke Pulau Beting Aceh juga sudah kami masukkan dalam penganggaran. Sekarang sedang berproses. Beberapa waktu lalu, tim dari pusat juga sudah mengunjungi beberapa tempat wisata di sini. Yang jelas semuanya masih dalam perencanaan,” tambahnya.
Minat Wisatawan ke Pulau Rupat
Pulau Rupat Utara merupakan kawasan strategis pariwisata nasional sejak 11 tahun lalu. Namun hingga kini, pengembangan pariwisatanya relatif masih terbatas. Hal ini lah yang mendasari Bank Indonesia memilih Rupat Utara sebagai lokasi penelitian demand perspective.
“Penelitian ini dilatarbelakangi oleh struktur perekonomian Riau didominasi oleh 3 sektor utama, yakni pertambangan, perkebunan dan industri, yang mana ketiganya saling berkaitan satu sama lain. Pada tahun 2010 kontribusi ketiga sektor tersebut, terhadap perekonomian Riau sebesar 80,15%, dan 75,80% pada tahun 2020,” kata Ekonom Senior Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, Ignatius Adhi Nugroho saat jadi pemateri dalam Capacity Building BI Riau bersama wartawan di Pulau Rupat Utara, 28 Juli 2022.
Di Riau, sektor jasa menjadi salah satu sumber diversifikasi dengan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja mencapai 48,20%. Salah satu sektor jasa yang memungkinkan untuk dikembangkan, yakni jasa kepariwisataan dengan kontribusi penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi.
“Jadi, kalau kita bicara mengapa pariwisata? karena Riau perlu didorong untuk sektor jasanya. Sektor ini termasuk cukup tinggi dalam hal penyerapan tenaga kerja. Sektor ini paling fleksibel. Salah satunya jasa di sektor pariwisata,” terangnya.
Dijelaskan, tahun 2019, tingkat konsumsi perkapita masyarakat Riau Rp11.255 per orang per tahun. Riau menjadi peringkat ke-10 secara nasional. Pada tahun 2017, tercatat penduduk Riau melakukan 5.15 juta kali perjalanan, dan 1,49 juta diantaranya adalah perjalanan wisata atau berlibur.
Masih di tahun yang sama, perjalanan ke Riau mencapai 4,12 juta kali dengan 1,22 juta diantaranya merupakan perjalanan wisata atau berlibur.
Menurut data dari PPN BPS tahun 2017, sebanyak 5.149.936 penduduk dari Riau melakukan perjalanan, yang mana 28,8% di antaranya melakukan perjalanan wisata.
Sedangkan orang ke Provinsi Riau sebanyak 4.122.202 kali perjalanan, terdiri dari 29,6% perjalanan wisata, dan 41,4% atau 1,7 juta orang lainnya melakukan perjalanan keluarga, namun tetap memanfaatkan jasa pariwisata. Data-data ini menunjukan bahwa pasar pariwisata di Riau sangat menjanjikan.
“Khusus untuk Pulau Rupat, tercatat ada 58% orang pertama kali mengunjungi pulau ini, sedangkan 42% lainnya adalah mereka yang kembali. Dari jumlah tersebut jumlah orang yang datang untuk berwisata sebanyak 47,86%. Sisinya untuk kegiatan lain-lain,” ujar Adhi.
Dia menambahkan, dalam penelitian demand perspective pariwisata Pulau Rupat yang dilakukan Bank Indonesia, ada beberapa atribut yang dipakai, yakni biaya transportasi, landmark bersejarah, wahana tematis, lingkungan alami, budaya lokal dan taman hiburan. Atribut ini seperti indikator penentu mengapa wisatawan harus berkunjung ke Pulau Rupat Utara.
Rata-rata total pengeluaran wisatawan dalam sekali perjalanan ke Pulau Rupat sebesar Rp3.128.507 (secara berkelompok), atau lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran wisatawan Riau yang mencapai Rp2.021.620 (individu). Sedangkan rata-rata lama kunjungan paling dominan yakni 2 hari (73%) hingga 3 hari (19%).
“Dari jumlah tersebut, 25% atau Rp766.000 biaya yang harus dikeluarkan wisatawan yakni untuk perjalanan atau transportasi, 15% atau Rp472.000 untuk biaya akomodasi (homestay atau hotel sederhana), dan 8,7% lainnya untuk makan minum (jumlah ini tergolong rendah karena restoran belum tersedia di Pulau Rupat),” tuturnya.
Dijelaskan pula, sebanyak 32% dari mereka yang datang ke Pulau Rupat Utara bertujuan untuk menikmati lingkungan (alam), 18% untuk mengunjungi keluarga, 15% keluar dari aktivitas sehari-hari, 10% untuk tujuan aktivitas fisik, 9% tujuan bisnis, sisanya untuk tugas, atraksi budaya dan mengunjungi tempat bersejarah dengan masing-masing 7%, 3% dan 2%.
Dengan kondisi seperti ini, Adhi menilai, pemerintah masih perlu hadir untuk pengembangan kepariwisataan di Pulau Rupat Utara. Tanpa sentuhan tangan pemerintah, baik kabupaten, provinsi, kebangkitan sektor pariwisata di Riau mungkin hanya akan bergerak beringsut, masih akan sangat lama untuk maju. Khususnya di Pulau Rupat Utara.
“Jadi, kalau semua sepakat untuk membuat Pulau Rupat sebagai etalase wisata Riau, maka involvement (keterlibatan) dan eksplorasi, membutuhkan peran yang besar dari pemerintah daerah. Pemerintah harus turun untuk mengatur, untuk mendatangkan orang, dan memastikan destinasi wisata kita siap,” tuturnya.
Gubernur Riau Syamsuar mengakui bahwa sektor pariwisata di Pulau Rupat masih memerlukan perhatian khusus dari semua pihak, terutama terkait akses dan fasilitas pendukung kepariwisataan.
Oleh sebab itu, Syamsuar mendorong Pemkab Bengkalis untuk lebih fokus pada pengembangan infrastruktur penunjang pariwisata, mengingat potensi Pulau Rupat—terutama Rupat Utara—sangat menjanjikan untuk jadi destinasi wisata bahari yang diunggulkan.
Syamsuar sepakat, akses menjadi hal paling utama yang perlu diselesaikan, jika ingin menjadikan Pulau Rupat primadona di mata wisatawan.
“Dari laporan yang saya terima untuk perbaikan infrastruktur dan fasilitas pendukung kepariwisataan di Rupat itu masih terus berlanjut sampai saat ini. Memang sejauh ini masih dari Pemkab Bengkalis saja,” katanya saat ditemui Bertuahpos.com, di Hotel Pangeran Pekanbaru, Rabu, 3 Agustus 2022.
Sementara ini, Pemprov Riau belum bisa berbuat banyak terutama dalam upaya perbaikan infrastruktur dan fasilitas penunjang pariwisata. “Anggaran kami memang sangat terbatas sekarang. Apalagi kalau bangun jalan di sana harus rigid, tak bisa cuma aspal,” tambahnya.
Meski demikian, kata Syamsuar, Pemprov Riau optimis bahwa Pulau Rupat akan menjadi destinasi wisata bahari unggulan Riau. Hal itu bukan tanpa alasan. Terbukti meski dihadapkan dengan segala keterbatasan, Rupat mampu memikat banyak wisatawan.
Rupat Utara Berpotensi Dilirik Wisatawan Mancanegara
BI menilai destinasi wisata di Pulau Rupat Utara sangat potensial untuk menggaet wisatawan dari mancanegara, seperti Malaysia. Kepala BI Kantor Perwakilan Riau Muhamad Nur mengatakan, hal itu sangat mungkin dilakukan mengingat jarak antara Pulau Rupat dengan Malaysia cukup dekat.
“Destinasi wisata di sini tentu sangat mungkin bisa mengundang wisatawan dari luar negeri untuk datang ke Pulau Rupat,” katanya masih dalam acara yang sama di Pulau Rupat Utara 28 Juli 2022.
Pulau Rupat merupakan salah satu destinasi pariwisata yang bisa dikembangkan di Provinsi Riau, terutama untuk wisata bahari atau kelautan. Meski demikian, Nur menyebut, potensi wisata ini tentu harus didukung dengan berbagai infrastruktur yang memadai.
“Ini memang membutuhkan investasi besar agar Pulau Rupat layak untuk menjadi kawasan pantas menjadi pilihan wisatawan untuk dikunjungi,” terangnya.
Dijelaskannya, dalam konteks pariwisata BI Riau diminta untuk terus mendorong bersama-sama pemerintah agar potensi pariwisata bisa terus tumbuh. Riau selain memiliki sumber daya alam yang melimpah, juga memiliki sektor pariwisata yang share-nya masih relatif kecil.
“Ke depannya, ini akan terus berkembang apalagi kita berada di lokasi geografi yang strategis,” imbuhnya.
Dia menambahkan, secara umum ada 3 hal yang perlu menjadi perhatian bersama dalam pengembangan sektor kepariwisataan. Pertama aksesibilitas, bagaimana agar tempat pariwisata bisa dengan mudah diakses, murah, dan efisien.
Kedua, harus ada fasilitas-fasilitas yang memadai seperti penginapan, hotel, cottage, dan lain-lain. Ketiga, tak kalah penting adalah atraksi, suguhan-suguhan yang sifatnya lokal, wisdom atau budaya-budaya setempat.
“Kalau dilihat dari tiga ini, Rupat masih banyak yang harus dibangun aksesibilitasnya. Kemarin dari Pekanbaru ke sini dengan bis memerlukan waktu 7,5 jam, sebenarnya ini masih bisa dipangkas waktunya,” ucapnya.
Sementara itu, untuk hotel di Pulau Rupat saat ini mameng sudah ada, namun relatif terbatas, dan amenities juga perlu di-upgrade. Dikatakannya, wisatawan yang menginap di hotel mengharapkan fasilitas yang serba lengkap dan tersedia.
Hal-hal tersebut memang memerlukan investasi besar, dan menjadi pekerjaan rumah bersama, bagaimana meyakinkan investor agar mau berinvestasi di Pulau Rupat.
“Untuk mewujudkan ini semua tidak bisa dilaksanakan sendirian. Harus ada investor dan dukungan pemerintah. Kami dari BI akan terus membangun koneksi dengan pemerintah, sesuai dengan kewenangan. kita akan melakukan itu,” pungkasnya.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Riau, Roni Rakhmat mengatakan, akses memang menjadi faktor utama jika ingin menarik wisatawan mancanegara datang ke Pulau Rupat Utara.
Secara geografis Pulau Rupat Utara memang sangat diuntungkan karena letaknya sangat dengan dengan Negeri Jiran itu. Namun, tetap perlu langkah yang besar untuk mewujudkan itu. “Salah satunya kita harus berani membuat pelabuhan internasional di Pulau Rupatnya,” katanya saat dihubungi Bertuahpos.com, Rabu, 3 Agustus 2022.
“Kami sudah pernah bikin kajian terkait hal ini, anggaplah sasaran kita Malaysia dulu karena itu paling dekat. Kalau mau menarik wisatawan mancanegara, harus ada akses langsung ke Pulau Rupatnya. Artinya mereka tak harus ke Dumai lagi,” tambahnya.
Memoles Pulau Rupat Utara
Mengangkat potensi wisata di Pulau Rupat Utara, juga telah dilakukan oleh Pemprov Riau. Salah satunya dengan memanfaatkan sosial media sebagai sarana promosi. Selain itu, kata Roni, Pemprov Riau juga sudah membawa calon-calon investor untuk melihat langsung bagaimana potensi wisata di pulau itu.
“Seperti GM Lagoi Resort, investor yang selama ini ‘bermain di Bintan, hingga pemilik kapal-kapal dari Singapura juga sudah kami bawa ke Rupat Utara,” tambah Roni.
Beberapa event penting, seperti Festival Pantai Rupat, yang selama ini digarap oleh Pemprov Riau, termasuk Festival Mandi Safar yang menjadi gawean Pemkab Bengkalis, diklaim telah berhasil mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan untuk datang ke pulau itu. Sebab kedua agenda besar ini juga diisi dengan beragam atraksi pariwisata.
“Bahkan kami mendorong beberapa event yang jadi program OPD di Pemprov, termasuk dari instansi lain, juga kita arahkan kegiatannya di Pulau Rupat Utara. Seperti kegiatan Pramuka, dan kegiatan-kegiatan yang bersentuhan langsung dengan sektor perikanan dan kelautan hingga kegiatan komunitas,” ujarnya.
Sementara itu, Roni menyebut, beberapa aktivitas yang berkaitan dengan pengembangan bisnis masih dalam proses pengembangan, terutama bisnis yang berkaitan dengan penginapan.
Lebih lanjut, soal akses yang selama ini banyak menjadi keluhan wisatawan, kini telah menjadi konsen Pemkab Bengkalis dalam upaya penyelesaiannya. Dari total sekitar 80 kilometer panjang jalan utama menuju ke Pulau Rupat Utara, hanya sekitar 17,8 kilo yang masih Sertu. “Selebihnya sudah sudah dirigid. Jadi memang sistemnya keroyokan. Termasuk dana bantuan dari Amerika Serikat yang kemarin batal untuk Tenayan Raya, sudah diarahkan oleh Pak Gubernur ke Pulau Rupat untuk perbaikan infrastruktur,” kata Roni.
“Alat berat dari Pemkab Bengkalis juga sudah standby di sana. Bagi saya, untuk akses di jalannya tak perlu dikhawatirkan lah untuk ke depannya. Cuma memang masalahnya di Roro (kapal penyeberangan) yang saat ini terbatas, sehingga terjadi antrean panjang dan lama.”
Meski demikian, kata dia, juga sudah ada rencana untuk membangun dermaga baru di Pulau Rupat oleh kementerian terkait. Dengan demikian, nantinya akan ada penambahan beberapa kapal, sehingga total kapal Roro yang tersedia nantinya ada sekitar 4 unit.
Di momentum HUT Riau ke-65 tahun 2022 ini, Roni menambahkan, pemilik salah satu hotel di Pekanbaru akan menyumbangkan sebuah bus pariwisata. Bus tersebut akan standby di Pulau Rupat Utara dalam rangka memudahkan pengunjung menuju ke lokasi wisata.
“Sumbangan bus itu dari pemilik Hotel Novotel, mungkin penyerahan secara resminya akan dilaksanakan pada HUT Riau ini. Artinya, berbagai upaya sudah kami lakukan untuk pengembangan Pulau Rupat sebagai destinasi wisata unggulan di Riau,” tambahannya.
Hal lain yang juga tak kalah penting dan harus menjadi perhatian semua pihak, menurut Roni, yakni bagaimana mendorong masyarakat setempat untuk memanfaatkan peluang ini sebagai sumber penghasilan tambahan. Beragam atraksi wisata yang tersedia di Rupat terbukti telah berhasil menyedot banyak perhatian wisatawan, namun di sisi lain peluang ini belum dilirik oleh masyarakat setempat sebagai peluang ekonomi, padahal potensinya sangat menjanjikan.
Roni mengatakan, Pemprov Riau juga sudah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk mendorong masyarakat setempat, agar lebih memiliki jiwa entrepreneur kepariwisataan. Misalnya di tahun ini, hampir 50% kegiatan di Disparekraf Provinsi Riau dilaksanakan di Pulau Rupat.
“Mulai dari pelatihan Ekonomi Kreatif (Ekraf), pelatihan masyarakat sadar wisata. Sehingga kalau memang rencana untuk membuka transportasi laut internasional, masyarakat kita di pulau itu sudah siap,” tambahnya.
“Kami sadar ada banyak kekurangan, dan ada banyak keluhan wisatawan selama ini. Ngapain mereka ke sana kalau cuma nengok pantai, kan. Sedangkan oleh-oleh nggak ada, makan pun tak ada. Kalau tak pesan tak dapat makan. Itu kan jadi masalah,” tuturnya.
Oleh sebab itu, dia menambahkan, harus ada pihak-pihak yang memulai agar masyarakat setempat dapat melihat langsung peluang usaha apa yang bisa digarap tempat ini. Salah satu pola yang bisa dilakukan, yakni dengan menghadirkan investor baru sebagai pemancing.
‘Setelah masyarakat setempat melihat langsung, maka mereka akan tertarik untuk melakukan hal sama. Harus ada yang mancing dulu. Tapi insya Allah saya optimis, saya yakin dalam setahun ke depan sudah kelihatan perubahan signifikan untuk sektor peristiwa di Pulau Rupat,” tutup Roni.***