BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Kicawan dari paruh burung putih berkaki panjang beradu dengan deburan ombak kecil di bibir pantai lumpur, di sekitar muara sungai Indragiri. Hari menjelang magrib. Speed boat kayu yang kami tumpangi bocor di bagian belakang sisi kanan, setelah menghantam sebuah tunggul besar di kawasan itu.
Air masuk cukup banyak sebagian besar barang-barang penumpang basah. Ini sebuah petang yang indah. Sebab rasa kami terobati dengan pemandangan indah di ujung Timur, sebab Pulau Busung terlihat menghitam berdiri sendiri di tengah laut tak tampak sisi itu.
Sebagian penumpan pindah ke buritan agar posisi kendaraan air ini sedikit menungging. Dengan begitu bisa mengurangi intensitan air yang masuk ke dalam dek. Para penumpang perempuan terlihat cemas sambil mengepit anak mereka di pinggang, berpindah posisi duduk ke kursi depan.
Kata nakhoda, kami harus merapat sekitar satu jam. Kemudian dia sibuk dengan palu dan paku, memukul bagian speed yang bocor itu dengan papan lain.
Lokasi di sekitar tempat kami berhenti itu tidak ada perkampungan warga. Sejauh mata memandang terlihta hanya hutan rasau dan pohon pidada yang rimbun. Di pohon ini biasanya dijadikan ular untuk istirahat setelah kenyang menyantap mangsa. Kami tidak bisa menginjak pantai, karena laut di daerah ini tidak sama dengan laut di daerah lain. Pantainya terdiri dari lumpul tebal, bukan pasir. Jika diinjak maka akan tenggelam. Di pantai seperti ini biasanya, orang suku laut di sini mencari kerang dengan papan tongkah.
Seorang pria tua yang duduk di bagian depan speed boat menyulut api di ujung rokok kretek yang dia keluarkan dari saku bajunya. Wajahnya menegadah ke arah timur, menghidap dalam racun tar dan nikotin kemudian melepaskan kepulan asap dari mulutnya.
Pria itu biasa dipanggil Bujang, usianya sekitar 40-an dan dia punya kulit agak gelap. Urat-urat di lengan dan punggung tangannya terlihat menonjol keluar. Dari Kota Tembilahan, dia akan bertolak ke Belantaraya, sebuah desa yang terletak di Kecamatan Gaung, Inhil . Di wajahnya tidak tampak rasa cemas seperti kebanyakan penumpang lain. “Sudah biasa. Kadang kapal kayu kami karam di tengah laut,†ujarnya .
“Kalau semakin senja, laut di sini semakin indah. Warnanya memerah. Semua benda terlihat seperti bayangan hitam. Itu Pulau Busung,†ujarnya sambil menujunjuk dengan bibirnya.
Sungai Guntung, Inhil, Riau
Warga yang biasa melintas di kawasan ini menganggap matahari terbenam sebuah pemandangan biasa dan tak ada yang istimewa. Tapi bagi orang asing, ini sebuah pemandangan luar biasa. Gelombang-gelombang kecil air laut yang tertiup angin memancarkan kulauan-kilauan bak cermin terpancar cahaya dan menyilaukan mata. Burung laut terbang kesana kemari, kadang bertengger di tumpukan sampah yang hanyut terbawa arus untuk sekedar mengintip ikan kecil untuk santapan.
Dari kejauhan, keindahan di sekitar sini tidak hanya terpancar dari cahaya matahari yang mulai tenggelam. Akar pohon pidada juga terlihat unik, meninjol ke luar dari dalam lumpur dan jumlahnya ribuan. terlihat seperti tancapan kayu-kayu kecil. Selain itu, akar pohon nipah (sejenis tumbuhan palem) yang tumbuh di pinggiran sungai juga terlihat unik. Bentuknya bulan seperti piring, tersusun rapi seperti tangga-tangga kecil. Daun tua biasa dipakai warga untuk membuat atap, sedangkan daun muda (pucuk yang masih kuning) dijadikan sebagai alat pembunkus tembakau. Orang sini biasa mneyebutnya rokok pucuk.
Semakin senja, pantai lumpur itu terlihat kian luas, karena air volume air di sungai ini semakin  menyusut karena surut. Arus begitu laju di sore itu, bahkan memutar haluan spead boat yang kami tumpangi. “Semakin surut, arus semakin laju,†kata Meran, pemilik spead boad saat berbincang dengan bertuahpos.com, sambil memperbaiki papan kendaraannya yang pecah tadi. “Malam kita tasmpai ke kampung. Ini belum separuh jalan. Dari sini sekitar dua setengah jam lagi lah,†katanya.
Kabupaten Inhil punya garis pantai yang panjang. Pemprov Riau mencatat dari 2.076 kilometer dari pantai di Riau, sekitar sepertiganya ada di Inhil. Selain menyatu dengan Pulau Sumatera, Inhil juga banyak pulau-pulau kecil lainnya. Seperti Pulau Busung. Ini pulau kosong dan tidak pernah terekspose. Pengakuan warga sekitar menyebut, pulau ini akan tenggelam jika air pasang besar naik. Baru  kemudian terlihat lagi jika permukaan air sudah turun. “Orang banyak buang kambing kurap di sana,†kata  Bujang sambil tertawa.
Di daerah ini ada banyak potensi objek wisata yang sebenarnya bisa dikembangkan pemerintah. Asal serius. Pantai Solop sudah terkenal dengan keindahannya, demikian juga dengan Pantai Biadadari Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Tanah Merah. Tapi tidak banyak orang tahu tentang berwisata di tengah laut. Kalau dulu, nelayan bahkan membuat rumah apung mereka di tengah laun dan nginap berhari-hari.
Maka tidak mustahil Inhil juga bisa mengadopsi konsep wisata laut seperti di Teluk Tomini, Gorontalo, Sulawesi Utara, dengan Pulo Cinta Resort-nya yang berdiri megah di tengah laut. Atau seperti Papua Paradise Eco Resort yang terletak di Pulau Birie Batanta, Raja Ampat. Biasa juga dibikin restoran seperti Le Bridge di Ancol, Jakarta. Letaknya di tengah air.
Namun kenyataannya, ini Inhil masih tertinggal dari segala bentuk potensi kekayaan alam yang ada. Namun yang pasti, sejam menikmati sunset dari Muara Sungai Indragiri, sungguh menyejukkan hati. (bpc3)