LISTRIK dan air bersih, merupakan hal yang sangat mewah bagi Ni’mah. Hidup dan tinggal di sebuah gubuk kecil di tengah belantara sawit tentunya kehidupannya jauh dari kata ‘layak’.
Dia harus menjalani ujian ini dengan sabar dan tawakal, sebab dia adalah seorang perantau dari Jawa Tengah, yang tinggal tanpa sanak saudara di Pangkalan Kerinci, Riau.
Begitulah gambaran singkat kehidupan Ni’mah kala itu. Hingga pada tahun 2015, ada sebuah momentum paling berharga dalam hidupnya.
“Waktu itu saya dapat tawaran dari seorang teman untuk mengikuti pelatihan menjadi seorang pengrajin batik di Rumah Batik Andalan,” katanya berkisah.
Rumah Batik Andalan sendiri adalah sebuah wadah yang dibina oleh PT RAPP bagi para pengrajin batik untuk memproduksi dan menjual batik khas Riau.
Meski sempat ragu, Ni’mah akhirnya menerima tawaran tersebut. Ia memberanikan diri untuk bergabung dan menerima pelatihan membatik agar bisa menerima kondisi perekonomian keluarganya.
Ia dilatih oleh ibu-ibu pembatik di Rumah Batik Andalan dan berkat kemauan besarnya untuk belajar, ia sudah dapat memproduksi batik sendiri dalam waktu 3 bulan.
“Hasil kain batik pertama saya dihargai Rp400 ribu. Saya sangat senang dan bangga ketika itu, akhirnya bisa menghasilkan uang dari membatik,” ungkap Ni’mah.
Tak berhenti sampai situ saja, sebagai bagian dari pengembangan UMKM PT RAPP selalu melakukan upaya maksimal demi memastikan bahwa seluruh mitra UMKM terberdayakan.
Ni’mah dikirim ke Pekalongan oleh PT RAPP untuk mendapatkan pelatihan langsung dari para pelatih batik di sana.
Kini, Ibu dari tiga orang anak tersebut telah menjadi pengrajin batik tetap di Rumah Batik Andalan.
Ni’mah memiliki penghasilan tetap setiap bulannya dan dari hasil membatik ia mampu menabung bahkan membeli rumah untuk keluarganya.
“Paling tidak dalam sebulan, saya bisa mendapatkan Rp 3 juta dari hasil membatik, ditambah juga dengan penghasilan suami. Kini pemasukan finansial keluarga kami sudah mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan anak,” ucap Ni’mah.***