BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Politikus PDIP Ruhut Sitompul menyatangkan isu ambil alih Partai Demokrat menjadi perbincangan heboh yang menghiasi ruang publik. Menurutnya tak sepatutnya bekas partainya itu mengeluarkan tudingan isu kudeta.
Ruhut yang dikenal dengan ‘Raja Minyak’ dari Medan ini pun mengingatkan, bahwa Demokrat berpotensi ditinggalkan para pemilihnya.
“Karena harus diingat, nanti kan kita mau pemilu. Walaupun masih jauh. Tapi rakyat menilai semua partai politik ini. Kalau Parpol ramai-ramai, nanti rakyat pasti nggak mau dukung, apalagi memilih,” katanya, seperti dikutip dari CNNIndonesia, Selasa, 2 Februari 2021.
Dia mengatakan, Demokrat harus berhati-hati dalam melepas isu, apalagi hal itu dikaitkan dengan tokoh-tokoh nasional. “Rakyat pemilih pun nanti akan meninggalkan. Itu mesti hati-hati. Jadi tunjukkan lah solid,” tuturnya.
Ruhut Sitompul kemudian meminta agar Parta Demokrat berkaca dengan pengalaman pemilu tahun 2019 lalu. Dia menyebut bahwa popularutas Demokrat yang kian tergerus. Pada pemilu lalu, Demokrat hanya mendapat 7,77% suara di parlemen. Ini merosot dari 2014 dengan 10,9% dan 2009 dengan 20,85%.
Dalam pandangan Ruhut, apa yang dilontarkan Demokrat—terkait isu kudeta—merupakan langkah yang justru menggambarkan bahwa pertai itu tidak solid. Menurutnya, perkara isu kudeta bisa diselesaikan secara internal tanpa membuat heboh publik dan menyeret unsur pemerintah.
Ruhut mengaku terkejut dan menyatakan kebimbangannya terhadap kesolidan partai Demokrat. “Saya kaget, saya anggap partai yang saya pernah di situ ikut membesarkan, kita sangat solid, Sekarang kok jadi begini. Saya juga kaget. Saya nggak mengira itu terjadi,” tuturnya.
“Ada beberapa partai yang kita tahu, PDIP Bu Megawati sangat kuat, Nasdem Pak Surya Paloh, Gerindra Pak Prabowo, begitu juga maunya Demokrat,” lanjut dia.
Sebelumnya, Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengakui sempat menerima sejumlah kader Demokrat di kediamannya. Namun dia menampik dituding ingin mengambil kekuasaan partai itu untuk kepentingan pemilu 2024.
Tudingan tersebut datang dari Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Putra SBY itu menduga ada gerakan politik yang dilakukan pejabat di jajaran pemerintahan Jokowi untuk mengkudeta dirinya. (bpc2)