BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Teater Matan baru saja mementaskan pagelaran teater tentang sejarah Raja Kecil asal Siak Sri Indrapura. Teater itu ditampilkan di Anjungan Idrus Tintin, kawasan Purna MTQ, Jumat malam tadi.
Namun kalimat promosi yang dipakai dalam menarik simpati pengunjung dianggap kontroversial. Sehingga pemerhati budaya dan keturunannya tidak menerima. Tagline itu berbunyi ‘Benarkah Raja Kecil Lahir dari Hubungan Haram?’. Dan itu kalimat tanya. Jawabnya ada dalam skenario teater itu.Â
Baca:Â Begini Alur Cerita Raja Kecil yang Dipentaskan Teater Matan
Jika merujuk pada banyak sejarah kebudayaan di Indonesia, kalimat promosi yang disuguhkan Teater Matan itu belum seberapa. Sebuah buku berjudul Gatoloco dan Sakralitas Yoni, yang ditulis seorang pemerhati sejarah, Djoko Suud Sukahar, justru memaparkan fakta yang mencengangkan.
Anggapan bahwa soal ‘sakralitas vagina’ dan ‘cara’ membolehkan yang tabu seperti itu, hanya monopoli jawa, terbantahkan.Â
Di Sulawesi Utara misalkan, mitos Toar dan Lumimuut yang diakui sebagai cikal-bakal etnis Minahasa juga hampir sama. Dalam mitologi Minahasa, Lumimuut terlahir dari batu karang. Batu itu terbawa ombak dan terdampar di pantai dekat gunung Wulur Mahatus. Saat panas terik, batu itu tiba-tiba meneteskan peluh. Peluh itu menggumpal dan membentuk tubuh manusia, seorang gadis jelita.
“Sendirian di pulau kosong, Lumimuut berdoa untuk minta teman. Tuhan mengabulkan. Batu yang diinjaknya merekah, dan muncul sesosok manusia lagi. Jenis kelaminnya juga perempuan, bernama Tareniema yang lambat-laun disebut Karema,” tulisnya dalam buku itu.
Mendapat teman perempuan di pulau kosong yang kelak menjadi Minahasa itu tak membuat Lumimuut bahagia. Dia ingin kehadiran laki-laki. Gadis ini kembali berdoa. Di pantai yang lengang dia berdiri telanjang. Tangannya direntangkan ke atas, tegak mematung menghadap utara. Rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai lepas. Angin memainkan dan membelai tubuhnya. Tak lama Lumimuut hamil. Kelak dia melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Toar.
Ada laki-laki tetapi anak sendiri membuat Lumimuut tetap kesepian. Maka dipakailah ‘cara’ menghapus hambatan sedarah. Dua kayu dijadikan tongkat berukuran sama. Dengan tongkat itu Toar dan Lumimuut memutari bukit arah berlawanan. Kalau saat bertemu nanti panjang tongkat itu tidak sama, maka keduanya sah untuk berkasih mesra.
Dan betul, perjalanan jauh membuat dua tongkat itu tak sama panjangnya. Itu karena tingkat keausan serta ada tongkat yang tumbuh. Akhirnya ibu dan anak ini jadi suami istri. Dari Toar dan Lumimuut itu terlahir manusia yang diyakini sebagai asal Suku Minahasa sekarang. (bpc3)